Dalam pandangan saya, Media tidak dapat lepas dari tiga hal ini: Pasar (masyarakat), Politik (kekuasaan) serta capital (modal). Ketiganya saling berkaitan. Ketika sebuah system dibentuk---katakanlah perusahaan media---maka dia harus mempertimbangkan ketiganya. Itu ialah pilihan yang sulit.
Kalau media hanya mempertimbangkan aspek social (dan ini memang idealnya), barangkali awalnya akan sangat “popular” di mata masyarakat sehingga bisa diterima keberadaannya. Akan tetapi, saya bisa menjamin 100%, barangkali selama kurang dari tiga bulan dirinya akan lenyap dalam arus permasalahan internalnya. Yaitu kebutuhan akan modal untuk mencukupi factor-faktor produksi, katakanlah: kertas, sirkulasi, pemasaran dsb. Jadi, akan sangat utopis apabila sebuah media tidak memerlukan modal.
Sebaliknya, apabila media hanya melulu memikirkan modal, tanpa mempertimbangkan pandangan masyarakat serta politik, maka ibarat ayam yang ingin selalu menghasilkan telur. Ayam yang tidak memperhatikan musim bertelur. Dia akan mati dalam kerakusannya sendiri. Akibatnya dia tidak akan dipercaya masyarakat, sehingga akan kehilangan pasar. Saat ini menurut pengamatan saya sementara, banyak media yang hanya “seolah-olah kritis” tapi dia membatasi diri pada subyek-subyek tertentu. Missal METROTV tidak mungkin menelusuri kasusnya Surya Paloh. Itu namanya bunuh diri.
Dalam media, kekuasaan atau politik sangat berperan. Karena media sebagai salah satu institusi social masyarakat dalam suatu Negara harus dikenai regulasi atau aturan yang mengaturnya. Apabila setiap liputannya dia tidak memperhatikan hal tersebut atau terlalu mengganggu kekuasaan. Semisal majalah Tempo tahun 90-an, dia akan “dibredel” dan saat itu untuk sementara kemudian akan lenyap tidak kelihatan batang hidungnya.
Jadi politik, social, serta modal ialah aspek-aspek yang tidak didapat dihindari oleh media. Tulisan saya yang pendek ini semoga dapat “sedikit” mengobati keresahan sahabat saya yang mempertanyakannya. Dan saya harap untuk tulisan selanjutnya menuliskan nama yang jelas, bukan untuk popularitas, akan tetapi biar setiap pertanyaan atau pernyataan dapat dipertanggungjawabkan oleh siapa. Dan kita pun akan selalu untuk belajar terbuka.
Kembali ke pokok media, saat ini keberadaan media ialah suatu keniscayaan. Karena jarak yang jauh antar system sosial harus ada yang menyambungkannya untuk saling bisa berkomunikasi. Jadi disini peran vital media. Sebagai media komunikasi antar system social yang rumit. Tanpa media, kita tidak dapat mengetahui persepsi kelompok-kelompok tertentu sehingga selalu akan ada kecurigaan diantaranya. Dan kehidupan yang teratur tidak dapat terbentuk. Karena saling curiga dan bisa berakibat konflik dalam bentuk perang.
Walaupun demikian, media dalam masyarakat modern kadang digunakan untuk memperlancar system komunikasi internal organisasinya. Jadi disini, media kadang untuk menjaga manajamen atau “”doktrin” organisasinya tetap berjalan.
Ada pula media yang mengkhususkan pada perjuangan untuk ilmu pengetahuan maupun seni dan sastra (semisal National Geographic, Horison, Intisari dsb).
Singkatnnya, pilihan ada di pihak kita sebagai pembaca. Lebih butuh apakah kita? Mungkin kalo lagi butuh yang hangat-hangat karena sekarang musim penghujan, beli saja Playboy atau Meteor!!!sekian, Bravo embun pagi!!!
Giyanto: Penjaga Konter dan seorang yang seolah baru dihidupkan oleh embun pagi.
2 komentar:
Mas giyanto semua orang teh tau klo media itu berpengaruh tapi juga dipengaruhi. Memperingati hari pers nasional di semarang mengingatkan ada perayaan yang sama di masa orde baru yang tidak semeriah ini. Dulu media di hegemoni, di bredel, dan disetting oleh penguasa. Tapi sekarang pemberedelannya lebih sakit dan halus oleh pemerintah, mereka di sidangkan dengan tikaman pasal UU Pers, hasilnya mereka juga di masukkan di PTIK (perguruan tinggi ilmu kejahatan) alias penjara bos...
maksudnya???anda tidak punya kesimpulan sama sekali....
Posting Komentar