mas Yogas yang baik,
saya memang taufiq. tapi taufiq yang belum selesai.
saya memang taufiq. tapi taufiq yang kontingen,
mungkin demikian kata sartre.
ah, jakarta, semarang, jogja, dimana saja sama saja.
malam kemarin, 28 januari 2008, di Museum Nasional
Jakarta saya n mas Edi datang ke peluncuran buku
Indonesianis Bill Liddle oleh Freedom Institute. saya
melihat sang direktur, Rizal Malarangeng, bicara dan
saya berbisik pada mas Edi;'saya melihat mas Yogas,
mas'.he....
mas,saya sedang belajar mengakrabi ketidakterdugaan.
tiba-tiba saya lulus tepat waktu, sesuatu yang tak
pernah saya rencanakan. tiba-tiba saya di jakarta, ah
apalagi ini. entah, tiba-tiba apalagi yang akan
datang...
mas,saya senang berkumpul dengan teman-teman di
embunpagi.dan itu cukup bagi saya.tidak lebih.perasaan
yang sama seperti saya di X-Patriat.akhir-akhir ini
saya merenungkan apa saesungguhnya yangs saya cari di
sini (jakarta)? lalu, sms dari mbak ucik "apa targetmu
di jakarta, fiq?".sepertinya saya menemukan jawaban
"mbak, saya tidak mempunyai target apa-apa selain
belajar". terlalu romantis memang.namun, saya sudah
terlanjur membaca catatan pinggir. saya sudah
terlanjur membaca alfatihah. saya bisa apa.
mas yogas yang baik, ingat Marcos pejuang pembebasan
Mexico itu. seorang panglima perang yang menyarankan
pasukannya untuk kalah. he... suatu waktu saya membaca
catatannnya dan dia bilang "saya memang membaca Marx
dan doktrin revolusioner lain.namun, bacaan pertama
saya adalah novel, puisi dan karya-karya sastra".
saya seperti membaca diri sendiri mas. saya memang
berkeringat membaca sosialisme apalagi jika ia
berbiacara tentang revolisi.namun, saya memcoba
kembali pada masa lalu atau sebuah trajektori
(lintasan)kehidupan saya sendiri dalam bahasa Pierre
Bordeou.
yah, buku pertama yang saya baca sudah terlanjur romo
mangun, tohari, umar kayam, mochtar lubis dll. saya
tidak bisa menolak sejarah itu. demikianlah, maka
sering 'absurd' pandangan saya. saya terlanjur percaya
bahwa manusia lebih berhak saya bela ketimbang apapun
saja bahkan negara bahkan tuhan apalagi hanya sejarah.
mas, saya tidak mencari apa-apa di jakartajuga uang.
saya sekarang mulai sedikit senang. karena sepertinya
ada celah saya bisa masuk ke komunitas diskusi
anak-anak filsafat Driyarkara.macam-macamlah
namanya;ada Komunitas Marx, Hegel, Habermas dll.
saya sudah ke utan kayu.dan sebuah pelajaran terbit:
bahwa komunitas memang tidak selalu identik dengan
proses.komunitas bisa jadi hanya sebuah ruang untuk
membuat jaringan, popularitas, dan sedikit perjuangan
praktis ideologi. saya tidak mungkin berproses di
sana.pertemuan hnaya sebulan sekali.dan memang bukan
tempat saya.dia adalah tempat bagi yang sudah
tersohor, mapan, bermobil dan tidak lupa 'intelek'.
saya memang tertatih-tatih mencari ruang
belajar.namun, saya bahagia mas.jangan khawatir.
ah, saya masih banyak mas yang belum saya eja.saya
memang serakah.maafkanlah untuk itu...
embun pagi bukan milik saya apalagi x-patriat.jadi
saya menolak bertanggungjawab.tapi tidak ada alasan
untuk tidak menaruh hati ini di situ, mas. yakinlah.
di jakarta, hal-hal menyangkut kehidupan saya semakin
tidak jelas. semakin aneh semakin mengarah pada
apa-apa yang tidak bisa saya kendalikan. tapi, mengapa
saya tak kunjung pulang? saya tidak mengerti.saya
mencoba menikmati.
selamat berjuang,masku.
beginilah saya yang masih terlalu banyak menggunakan
kata 'saya'.
semoga kita tidak menghentikan doa ini:
Ihdinassirootolmustaqim...............................
salam-salaman,
taufiq yang tak kunjung pulang
Selasa, Februari 05, 2008
alah...piye enake lah....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
benere piye?
apike piye?
enake piye?
pertemuan terakhir "tersimpulkan" dengan
y ora piye-piye mas..
salam kenal aj untuk temen-temen yang tergabung pada komunitas Embun Pagi UNNES, boleh donk nimbrung ke blog kalian.........
Posting Komentar