Hari ini (minggu, 17/2/08) saya sama Taufik dan Luluk yang kebetulan sedang pelatihan manajemen LSM di FISIP UI selama dua minggu meluangkan waktu tuk jalan-jalan bareng. Kali ini sasarannya adalah perpustakaan Freedom Institute di J Irian No. 8 Menteng.
Dasar anak-anak ndesit, katrok, dan sok aktivis, maka setelah bangun kesiangan karena semalem ngenet gratis di kantorku (mumpun Boss besar ga ditempat) sarapan dan naek kereta ekonomi ke Gondangdia, kami nekat berjalan kaki dari stasiun ke tempat tujuan. Dengan bekal peta yang ditenteng-tenteng ke sana ke mari, dengan penuh keterasingan dan kecurigaan aka peta yang seakan selalu terlihat mudah (cieee....) pada akhirnya sampai juga di perpus itu.
lagi-lagi dasar sok aktivis, eeee...belum masuk perpus kami udah nongkrong duluan di pinggir jalan gerbang perpus; pesen kopi dan energen anget sambil roko'an -saya sich sambil gigit jari aja- ngrasani Pak Rizal Malarangeng pendiri dan bos besar freedo institute kira-kira liburan begini lagi ngapain he..he..
Setelah masuk, kami langsung disodori kertas untuk menjadi anggota perpustakaan gratis -Luluk karena gak baca telanjur bayaar dan ternyata diterima juga ama karyawannya he...- dan kartu anggota itu berlaku selamanya sampai ilang, rusak dan ganti lagi. Sebelum ke dalam terdapta beberapa buku review tentang penghargaan Achmad Bakri dari tahun 2003-2007 ada Cak Nur, GM, Frans Magnis S, Sapardi, Rendra, dan lainnya bagus juga...dan ternyata boleh di bawa gratisan he...
Perpustakaan mungil itu memiliki koleksi sekitar 8000 buku dan 14000 jurnal. Saya dan temen-temen begitu terhenyak dan larut di dalamnya, buku yang selama ini saya rujuk dalam berbagai tulisan dari sumber kedua atau ketiga, saya dapati langsung versi aslinya. Leonard Binder tentang agama-agama, Karen Armstrong, Basam Tibi, Fazlur Rahman, Adorno, Habermas, Nietszche, Bertrand Russel, Fromm, fuih....apa-apaan ini. Sungguh saya merasa belum apa-apa selama ini ketika beum membaca itu semua, selama ini banyak membaca versi terjemahannya, versi inggris mungkin hanya beberapa dengan bantuan mecin pencari di internet. Bahkan freedom yang nota bene adalah penggerak wacana demokrasi liberal punya koleksi Das kapital asli seri 1 s.d 3 plus jurnal New Left Review jurnalnya gerakan sosial baru yang alam banyak hal memuat pikiran neo-marxsme mazhab frankfurt- sampai terbitan 2007 kemaren. Gila....
Rata-rata bukunya adalah asli bahasa Inggris. Di tata berdasrkan tema-tema tertentu, di samping menurut klasifikasi Dewey,yaitu ada buku soal nasionalisme, liberalisme, libertarianisme, komunitarianisme, postmodernisme, yang menjadi satu tema. Amazing broe... Dalam hati dan angan saya bertanya,"Kapan saya bisa buat perpustakaan macam ini, plus kafe tuk diskusi, panggung kecil tuk pembicara dan pentas seni, dan juga toko buku".
Saya setelah sampai di kontrakan sama Luluk dan Tufik kemudian gerundel bahwa kita jangan lupa masih punya banyak teman dan sahabat di Semarang, dengan asumsi bahwa saya tidak ingin membut konsep seperti itu di Jakarta atau lainnya, tapi Semarang -di mana hati saya masih tertingga di situ cieee... Dan di antara sekian banyak teman itu adalah Giyanto yang sedang getol-getolnya berintelektual ria di blog maupun "rela" menuangkannya dalam bentuk tugas akhir skripsi. Giyanto punya banyak modal material dan intelektual tuk membantu mewujudkan angan saya itu. Dengan semangat entrepreneurship tinggi, catatan kesuksesan yang dibuktikan dengan banyak tawaran modal padanya, plus percikan-percikan pikiran kritisnya, saya sangat berharap banyak untuk mewujudkan hal itu. Kang Giyanto kapan itu bisa terwujud, saya tantang kamu he....
Edi Subkhan
Minggu, Februari 17, 2008
Sebuah perpustakaan kecil...yang wah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
7 komentar:
Wah berat juga ya jadi Spiderman,ha2..
Berat apanya, itu kutukan sekaligus berkat, gak boleh di sia-siain lho...
Ya, nunggu saya nikah dulu ya!!!ha2..
coz masa muda gua udah terlalu banyak direnggut oleh kehidupan ilmiah, alih2 kayak topik yang sering godain cewek2,ha2...
Kelamaan, mending sekarang ato ntar setelah lulus segera direalisasikan saja...keburu klo dah nikah mikirnya masalah dapur ngebul, piring kotor, dan anak-anak he....ya gak? serius kie...eh kayaknya udah ada orang luar yang posting tentang Imlek loh gik...gud lah.
semua kan bisa diatur, cari aja istri yang mapan dan kaya,ha2. janda juga ndak apa2,he2. bercanda!!!
Saya bilang gitu biar ndak merasa dikejar-kejar melulu,hi2...
Lho semuanya sekarang saling mengejar gimana toh. Mumpung masih muda dan belum mikir dapur ngebul, anak sakit, dan SPP Kang. Sekarang buat planning sebagaimana angan saya ada ndak yang bisa modalin, siapa yang bisa ngejalanin, butuh berapa modalnya, tempatnya di mana, ini teknis tapi perlu dipikirkan seekarang...soal ideologi saya rasa kita sudah kenyanglah soal itu ya gak? he...
Kita termasuk golongan orang sombong gak ya kang? bwahahahah..ha3X
Mang jakarta dahyat, besok aku temuin langsung rizal malarangen, mau pinjam bolpoinnya. Siapa tahu nular cerdas/ pengalamannya. ha10 x. gak intelektual blas khayalanku
Posting Komentar