online degree programs

Minggu, Maret 09, 2008

JACKIE CHAN*


Berita terbaru mengenai Jackie ialah bapaknya meninggal. Tapi terlepas dari itu, sejenak saya mengingat bahwa ketika saya melihat film Jackie Chan pertama kali, kesan yang muncul adalah keberanian, totalitas, perjuangan hidup serta cerita heroik lainnya.

Tak mudah menggambarkan Jackie. Semasa kecil rencana dia pernah dijual ayahnya karena permasalahan biaya hidup. Akhirnya dia harus mengikuti sekolah opera yang begitu keras. Walaupun akhirnya malah memberi hikmah yang luar biasa bagi kariernya di masa depan, yang membuat Holywood terkagum-kagum.

Di Asia, film Drunken Master dan Police Story-nya menjadi film Jackie yang tak bosan-bosannya disiarkan di layar kaca. Di Amerika, Jackie menggrebak Holywood lewat Rumble in The Bronk dan Rush Hour. Hampir judul film yang disebut terakhir dibuat dalam bentuk triler.

Apa yang menjadi hikmah dari semua ini, semua orang bebas menafsirkan. Tapi, yang menarik bagi saya pribadi adalah perannya di masyarakat dan pesan moral melalui film. Film Jackie sedikit sekali menunjukkan darah walaupun harus bertarung hebat. Selain itu, aksi komedi sudah menjadi ciri khas film-film-nya.

Menurut cerita, awalnya Jackie bersemangat untuk menjadi bintang film karena kepingin menggantikan kebesaran Bruce Lee. Walaupun akhirnya dia menyerah dan memang harus menjadi diri sendiri untuk bisa menjadi “besar”. Di berbagai even, Jackie sering menjadi ikon bagi pesan isu-isu permasalahan dunia. Yang terakhir ialah keaktifannya dalam mempromosikan Olimpiade di Cina. Selain itu, mengenai isu lingkungan---khususnya perlindungan ekologi satwa liar---juga sering dia promosikan.

Nilai lain yang bisa saya dapat dari Jackie ialah, bahwa pandangan falsafah tidak harus melulu dari sejarah teks. Dari seorang Ayah bisa jadi membuat seorang dapat memaknai hidup. Dari cerita biografi barangkali agak bertentangan, karena dulu Jackie rencana akan dijual.. Tapi di balik semua itu ternyata tersimpan hikmah yang luar biasa. Sekali lagi, itu berpulang pada individu-individu itu sendiri. Tidak seperti yang ditunjukkan oleh artis-artis kita yang selalu cek-cok dengan Ibu-nya dan suami-suaminya atau istri-istrinya dan barangkali selingkuhannya.

Dari sejarah hidup filsuf-filsuf di Timur. Seorang filsuf, bahkan Rasul biasanya, memiliki kisah hidup yang tragis. Dan dari penelusuran yang pernah saya lakukan, mereka kebanyakan yatim piatu. Apa maksud semua ini? Saya masih bertanya-tanya.

Setiap kisah memang menyisakan misteri. Di jaman, yang konon postmodern, narasi besar itu bisa saja runtuh---termasuk ilmu pengetahuan baik dari dimensi ontologis, epistemologis serta aksiologisnya. Semua bebas digugat. Kebenaran tidak hanya bersumber dari satu otoritas baik teks dan institusi sekolah. Jadi, bisa jadi diperoleh dari filsuf idola anak itu masing-masing yaitu Bapak atau Ibu mereka. Bisa jadi, kakak-kakak mereka. Bisa jadi tetangga mereka, serta bisa juga dari Jackie. Demikianlah kawan, cerita singkat yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat. Salam persahabatan….


*Giyanto: Penggemar Jackie Chan


4 komentar:

Anonim mengatakan...

Mas Giyanto, anak yatim piatu mungkin hidupnya cenderung lebih menderita, sehingga sudah sejak kecil banyak bertanya-tanya tentang hakekat hidup, ketimbang anak yang tidak yatim piatu. Ngga heran akhirnya banyak yang jadi filsuf :).

Anonim mengatakan...

Kang Giyanto, jangan khawatir kita semua setidaknya sama-sama menempuh jalan sunyi itu...
Mungkin kita lebih beruntung daripada Tan Malaka, karena perpustakaan pribadi kita masih ada....
Mungkin kita lebih beruntung daripada Ahmad Wahib dan Soe Hok Gie, karena kita -semoga- tak mati muda....
Mungkin kita lebih beruntung daripada Gus Dur, karena kita masih bisa melihat dengan jelas....

tapi saya merasa sekarang saya tidak lebih besar daripada mereka, semoga dengan kelebihan kita, dapat mewarisi kebesaran mereka....

Orang-orang besar, di saat yang lain tidur ia terbangun, di saat yang lain bangun ia telah berjalan, di saat yang lain berjalan ia berlari...

Orang-orang besar di saat yang lain berpikir ia telah berbuat, di saat yang lain baru berbuat ia telah selesai, di saat yang lain abru selesai ia telah memikirkan yang lain lagi dan siap membuatnya....

Seandainya di dunia ini tak ada kebenaran dan kesalahan, benci dan cinta, maka persahabatan adalah segalanya....

Selamat berfilsafat sahabat...
Mulai dari menelusuri lorong-lorong gelap Nietzsche, Marx, Sartre, sampai pencerahan ala Ibn 'Arabi, al-Haitamy, al-Rumi, al-Syarastany, al-Jilany, al-Bustamy, al-Syadizly, dan lain-lainnya....

Saya kutip ucapan Zawawi Imron ketika memberi tabik pada Rumi, "Biarlah saya tersesat di jalan kebenaran, daripada merasa benar di jalan kesesatan"....
Selamat berfilsafat sahabat....
kan kau temukan nikmatnya hidup, indahnya cinta....

Ed Khan

KOMUNITAS EMBUN PAGI mengatakan...

Tiga kriteria film yang banyak di konsumsi publik indonesia. Film india (bolywood), timur (cina), dan holywood (amerika). Meski dulu telenovela asal meksiko pernah bercokol di benak dan hoby menonton tv masyarakat Indonesia, tapi kini lenyap di telan arus pasar. Tinggal 3 ini yang masih menancap di hati pemirsa.

Anonim mengatakan...

saya sangat terharu melihat cerita ini