Sejenak ber-arm chair selepas memanjakan mata dan rasa, memandang sebuah kotak ajaib (baca : televisi), terbersit kalimat sederhana ”bahkan dia tak terlupakan dalam larut aktualisasi jama’ah”. Gerak maju juga percikan aktualisasi mengedepankan kemampuan untuk mengabaikan, tentang makan, minum, sebuah sosok sampai rokok, apalagi sekedar rektor yang tak lagi mau jongkok! Tangan tetap manjumput kacang, bibir tetap menyeruput kopi, hidung tetap bersenggama dengan asap rokok, tapi mengalir begitu saja seperti tanpa rasa. Maslow terlihat benari.
Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia menyebut cinta berarti suka sekali ; sayang benarii. Jika diberikan imbuhan me-i, maka membentuk sebuah laku, mencintai. Erich Fromm menjelaskan setiap teori tentang cinta harus dimulai dengan teori tentang manusia, tentang eksistensi manusia : cinta merupakan suatu orientasi karakter yang menentukan hubungan seseorang dengan dunia secara keseluruhaniii. Daniel Goleman dan John Gray secara tidak langsung menceritakan representasi cinta melalui empati, kemampuan mendengarkan, sebuah wonderfull feeling that comes to everyone at sometimes in his/her live. Jalaludin Rumi menarikan pena-nya dalam sebuah sajak,
Cinta mengubah duri menjadi mawar
mengubah cuka jadi anggur
mengubah malang jadi untung
mengubah secih jadi riang
mengubah setan jadi nabi
mengubah iblis jadi malaikat
mengubah sakit jadi sehat
mengubah kikir jadi dermawan
mengubah kandang jadi taman
mengubah penjara jadi istana
mengubah amarah jadi ramah
mengubah musibah jadi muhibah
itulah cinta
Dalam latar seminar fiktif, oleh tokoh fiktif, Anna Althafunnisaiv menjawab sebuah pertanyaan tentang cinta melalui Syair murid Syamsi Tabriz
Sekalipun cinta telah kuraikan dengan jelas dan panjang lebar
Namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keterangankku sendiri
Meskipun lidahku telah mampu menguraikannya dengan terang
Namun tanpa lidah ternyata lebih terang
Sementara pena begitu tergesa menuliskannya
Kata pecah berkeping begitu sampai pada cinta
Dalam menguraikan cinta
Akal terbaribg tak berdaya
Bagai keledai terbaring dalam lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan cinta!
Cinta adalah bahasa manusia, dengan siapapun mereka berhubungan. Erich Fromm membagi cinta menjadi cinta diri, cinta keibuan, cinta erotis, cinta saudara, dan cinta tuhan. Dalam semua hubungan yang melibatkan manusia, selalu ada cinta, karena cinta adalah bahasa kemanusiaan.
Jika cinta telah tersempitkan dalam romansa kisah muda-mudi yang berkawan lalu kawinv, maka inilah bentuk korupsi yang jauh lebih jahat dari telikungan dana SPL. Keluasan makna dipangkas, dikerdilkan, dan dikotak-kotakkan sehingga terkesan tak saling berhubungan. Batas-batas dibuat dalam tembok tinggi nan tebal, membuat komplek-komplek tetapi melupakan sesungguhnya mereka berada dalam satu dusun cinta, menafikan sejarah yang memisahkan kaum Muhammad dan kaum jahilliyah dengan hanya berbatas sarang laba-labavi. Korupsi pemaknaan kata yang mengakibatkan menjulangnya sebuah tembok batas pada akhirnya tak mampu mengalahkan kodrat manusia, rasa penasaran dan ingin tahu. Mereka mencoba menaiki tembok yang dibangunnya, mereka ingin tahu apa yang ada dibalik tembok, dan mengintipnya, bahkan membagun tangga untuk melewati tembok batas yang dibuatnya sendiri. Tidak terima dengan batas yang tipis dan menerawang tetapi jelas, lalu membuat batas yang kokoh tapi di-tidakjelaskan. Dengan ini manusia terjebak dalam inkonsistensi tindakan dan ketidak mampuan menerima.
Cinta adalah daya, yang bisa mendorong manusia mendekati sesuatu, atau menjauhinya demi mendekati sesuatu yang lain. Karena itulah cinta selalu ada dalam setiap hubungan yang melibatkan manusia. Di sisi lain cinta hanya sekedar kata yang tak akan berdaya apa-apa jika maknanya telah dikerdilkan. Sedangkan kata adalah bagian dari unsur terpenting dalam hubungan manusia, yaitu bahasa. korupsi makna cinta, juga bagian lain dalam bahasa, adalah korupsi yang paling mendasar sehingga menyempitkan berbagai dimensi lain dalam tata (harmonis) kehidupan.
Ahmad Fahmi Mubarok
i Teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow
ii KBBI, 2003
iii Dalam ’The Art of love” (terjemahan)
iv Salah satu tokoh dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” karangan Habiburrahman El-Shirazy
v Diadopsi dari puisi mbeling Remi Sylado
vi Kisah Hijrah Rasulullah
Catatan : puisi dikutip langsung dari novel Habiburrahman El-Shirazy
1 komentar:
ada nuansa baru nih di embun pagi...
cinta...
ngomong-ngomong soal cinta, saya teringat perkataan ulil absor abdala saat debat dengan ustadz hartono ahmad djais mengenai hadits, "hadits itu seperti karet, bisa ditarik ke kiri dan ke kanan, untuk di tetrapkan pada suatu kejadian masakini"
begitu juga (menurut saya)dalam mengartikan cinta,, tergantung latar belakang da tujuan,,dan setiap kita berhak mengartikan cinta sebagai apa saja...
Posting Komentar