online degree programs

Jumat, September 26, 2008

Sepasang mukena = Sekarung beras

Wajar saja, bila lebaran datang, semua serba baru.
Entah itu baju baru, sepatu baru, mukena baru, berat badan baru, atau bahkan hati yang baru.
Tak terkecuali Gadis. Ia sudah berencana untuk mengganti mukena yang telah ia miliki dari dua tahun yang lalu. Namun, sampai ramadan datang, ia belum menemukan mukena yang sesuai seleranya.
Suatu hari, sang ibu datang membawa sepasang mukena sutera padanya.
" Dis, apa kamu suka mukena ini?"
Gadis memandang mukena itu dengan takjub. Mukena sutera yang tidak begitu ramai dengan detail. Terlihat kalem namun elegan. 'wow, mukena yang indah'.Ucapnya dalam hati. Gadis membelai mukena itu dengan hati-hati. Maklum saja serat-serat sutera yang lembut akan mudah rusak meskipun hanya karena goresan kuku.
" Gimana?Cocok?" Tanya Ibunya.
" Ok. Ini persis yang aku pengenin."
Gadis meraih mukena sutera barunya dengan suka cita. Ia bahagia karena mendapat apa yang sesuai dengan seleranya. Ia mulai membayangkan saat solat idul fitri tiba, rasa bangga mengalir deras dalam dirinya.
" Kalau mau yang itu, berarti ibu jadi jual berasnya." Kata Sang Ibu enteng.
Gadis mengernyitkan dahi.
" Apa Bu?Jual beras?"
" Iya, untuk bayar mukena itu, ibu akan menukarnya dengan sekarung beras." Ucap Ibunya santai.
" Hah?!mang harga mukena ini berapa?"
" 130ribu. Pas kalau ditukar dengan sekarung beras."
Gadis diam. Ia memandangi mukena sutera idamannya. Miris.
Ini sangat mengganjal Gadis. Sepasang mukenanya dibayar dengan sekarung beras. Sepasang mukena itu hanya untuk dirinya. Sedangkan, sekarung beras bisa berguna untuk enam anggota keluarga yang lain.
" Bu, ini ga jadi aja. Gadis beli mukena yang bahan parasut atau embos aja." Gadis menyerahkan mukenanya dengan berat hati.
" Kenapa?Ibu tahu kamu menginginkannya."
" Tapi, kenapa harus ditukar dengan sekarung beras?Apa Ibu tak punya uang untuk membayarnya?"
" Ibu punya uang untuk membayar mukena itu tapi dalam bentuk sekarung beras, tidak dalam cash." kata ibunya tersenyum. " Sudahlah. Tak usah dipikirkan." Lanjut sang Ibu.
Gadis diam. Ia semakin bingung. Sekarang yang terbayang adalah ia solat "memakai" sekarung beras. Atau ketika ia melihat mukena itu ia merasa bersalah pada keluarganya, tetangganya dan orang-orang kelaparan.

aleev

2 komentar:

Imam Semar mengatakan...

Wow,
Istri saya kalau pakai perhiasan (cincin mungkin seharga 10 karung beras). Ipar saya, pakai jam seharga 1 mobil Honda CRV.

Berapa ton beras yah?

Pemikiran seperti ditulisan ini akan membuat orang enggan kaya.

Anonim mengatakan...

Prennn
kasih sayang orang tua kepada anaknya itu tidak ada batasnya...
walaupun orang tuanya bisa mebayar mukena dengan beras. pasti akan dibelikan mukena itu untuk diberikan ke anak tersebut.

Prennn
yang mungkin jadi kekhawatiran bukan masalah BERAS VS Mukena. tapi kasih sayang anak kepada orang tuanya.

Prenn...
dewasa ini banyak anak ygn melupakan orang tuanya, sungguh dosa setelah orang tua berjuang mati-matian untuk membahagiakannya, akan tetapi tidak ada timbak balik yang sepadan ddari si anak.
inilah permasalahan utama.

Sebaiknya di Moment HARI RAYA INI kita jadikan evaluasi untuk berbenah diri...aminnn