online degree programs

Senin, September 08, 2008

Secarik Pemikiran Luluk Muda Tentang “Ekonomi dan Investasi”

Masih dalam ingatan lampau dimana Indonesia tengah dilanda krisis ekonomi yang memaksa orang prihatin dan dirundung duka. Krisis ekonomi ini tak hanya aliran yang natural sebagaimana air yang mengalir dalam derasnya sungai. Namun dalam problem ini, krisis ekonomi menjadi bahan diskursus yang paling panas, dialektika berkembang mendefinisikan dan membongkar kontruksi krisis yang melanda Indonesia beberapa waktu silam yang eksesnya masih terasa hingga dewasa ini.

Sedikitnya, dua pendapat sentral berbeda tentang masalah ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia. Pertama, sebuah opini yang menyatakan ekonomi Indonesia sedang sakit keras yang membutuhka obat dari dokter yang hebat. “Penyakit ekonomi Indonesia sulit diobati dan obat apapun di khawatirkan tidak manjur. Sayang dokternya hanya satu, yaitu IMF, dan tidak ada dokter lain yang bisa menolong”, apalagi obat mujarab itu tiada lain hanya hutang yang menggunakan garansi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, lepas itu menguntungkan atau merugikan bagi Indonesia. Kedua, pemikiran yang lebih menekankan bahwa Indonesia tidak sedang sakit parah, tetapi “klenger (pingsan)”, sehabis terpukul “knock out” dari “perkelahian tak seimbang”. Indonesia kalah telak karena disamping perkelahian bersifat “free fight” (non-level playing field), juga karena “aturan main” dibuat oleh “mereka”, yaitu aturan “sistem ekonomi kapitalisme”. Pendapat versi kedua rasanya lebih cocok karena Indonesia dewasa ini sudah merupakan bagian dari ekonomi dunia dan tidak lagi dalam kondisi terisolasi dari perekonomian dunia.1

Sebagian kalangan ahli memikirkan bahwa deregulasi dan liberalisasi adalah “obat” ramuan dokter ekonomi barat berdasarkan teori ekonomi pasar bebas, yang tidak mengandung upaya khusus untuk melindungi atau memihak mereka yang lemah (yang kita kenal dengan nama ekonomi rakyat). Hasilnya, seperti dapat di duga, yang kuat akan menang dan yang lemah akan terpental dan mati.2 Memang begitu populernya konsepsi pasar bebas sebagaimana yang di gariskan oleh Adam Smith, membuat segala dekonstruksi atas rezim konsepsi ini tak banyak berbuat banyak. Teori pasar murni dikemukakan pertama kali oleh Adam Smith (1723-1790) yang saat ini lebih di kenal dengan sebutan sistem kapitalisme yang terdesentralisasi karena Negara (pemerintah) sama sekali “tidak tertarik” atau lebih tepatnya “tidak boleh” mengaturnya. Apa yang di sebut dengan invisible hand dianggap memadai untuk mengatur perekonomian denga hasil yang memuaskan semua orang. Jika setiap orang di biarkan mengejar kepentingan masing-masing maka tanpa disadari keinginan setiap orang akan terpenuhinya dengan sendirinya dan akan tercapailah kesejahteraan umum (general welfare).3 Namun dalam kenyataannya ada jurang pemisah antara teori dengan praktek, antara das Sein dan das Sollen. Kesejahteraan umum menjadi kesejahteraan beberapa individu saja, sisanya hidup dalam penindasan dan ketidak-berdayaan.

Sepertinya pertarungan konsepsi pemikiran ekonomi membawa dampak besar yang seakan tak bisa di damaikan, menyeret banyak institusi terlibat bahkan Negara penganut paham pluralitas konsepsi pemikiran ini. Ketidak akuran pemikiran ekonomi ini merupakan salah satu inti dari persoalan ekonomi, yang efeknya terasa oleh banyak khalayak umum dan mempengaruhi polemic ekonomi di berbagai banyak Negara, meskipun pada akhirnya konsepsi pemikiran ekonomi yakni pasar bebas atau kapitalisme nampak lebih dominan.
Meskipun banyak sekali berhamburan konsepsi pemikiran ekonomi, namun bangunan pemikiran paling kuat dominan boleh di bilang hanya di miliki oleh tiga pemikir besar yang berdiri di atas kerangka teoritis dan memiliki kutub tersendiri-sendiri.
Perjalanan ini dimulai dari bangunan yang di hasilkan oleh Adam Smith sebagaimana diungkapkan diatas, kemudian konsepsi besar milik John Maynard Keynes sampai ke pemikiran ekstrem kepunyaan Karl Marx. Jika di buat sebidang kutub pemikiran, Adam Smith nampak konservatif menduduki posisi ekstrem kanan, sedangkan ujung yang satu berlawanan dengan Smith adalah Karx Mark yang radikal cenderung ekstrem kiri, dan ditengah-tengah ide ahli ekonomi itu, adalah Keynes yang lebih moderat dan liberal.
Bagi Adam Smith, ekonomi diharuskan memiliki sebidang filsafat kebebasan alamiah, di dalam bukunya yang terkenal The Wealth of Nations mengajarkan sistem pasar bebas dan persaingan, yang kemudian diikuti dengan konsep denasionalisasi, perdagangan bebas dan privatisasi. Adam Smit mendukung kebebasan ekonomi maksimum dalam perilaku makroekonomi individual dan perusahaan, Negara-negara yang paling mendekati visi kapitalisme laissez faire Smith telah mencapai standar hidup tertinggi.4

Sementara Keynes, lebih suka mengajukan model baru yang noleh di bilang canggih yang di dasarkan pada “hipotesis ketidak-stabilan finansial” yang melekat di dalam sistem kapitalis. “Ekonomi baru” ini menuntut adanya intervensi pemerintah di arena moneter dan fiscal untuk menstabilkan ekonomi pasar. Dia masih mempertahankan model klasik penghematan, anggaran berimbang, pajak rendah dan standar emas di kaitkan dengan periode full employment, sedangkan rumusan Keynesian tentang permintaan konsumen, pembiayaan deficit, pajak progresif, dan fiat money berperan penting di masa resesi ekonomi dan pengangguran.5

Di ujung radikal tinggal Marx yang akan kita bahas dengan buku populernya, Das Kapital. Marx berambisi agar ekonomi terpusat baik di tingkat makro maupun mikro. Dia sering berbicara tentang eksploitasi dan alienasi (keterasingan) di kalangan buruh industri, meniadakan kebebasan yang di kelola mandiri oleh individual maupun perusahaan. Bagi sebagian kalangan ahli yang memusuhinya, mereka acapkali mengatakan bahwa konsep Marx hanya akan membawa ekonomi dalam jalan kegelapan, namun sebagian ahli yang mendukungnya meyakini bahwa konsepsi ini merupakan idealisme yang tidak di dapatkan pada kapitalisme.6

Di tengah-tengah pertengkaran yang cukup dahsyat konsepsi pemikiran ekonomi di atas, baik perdebatan subtansinya maupun oleh pengikut dan pengkritiknya, perlu di rumuskan formulasi yang dapat mendamaikan berbagai konsepsi ini menjadi sebuah kemanfaatan bagi strategi ekonomi yang tangguh, khususnya yang lebih aplikatif dan implementatif yang dapat dipakai oleh Negara.

Perdamaian konsepsi ini tidak lain hanya untuk pertumbuhan ekonomi bagi suatu komunitas atau Negara yang menghendakinya. Misalnya saja “investasi” sebagai konsep yang lebih terkenal dengan modus operandi yang banyak beroperasi di arena perdagangan bebas. Namun, bagaimana dengan perpaduan pemikiran ahli ekonomi lain, bangunan sistem pasar bebas ala Smith ini bisa lebih familiar dan humanis untuk digunakan. Semacam ada kode yang mempersilahkan Negara untuk ikut campur dalam urusan pasar tentunya dengan konstelasi yang terbatas.

Investasi berasal dari bahasa inggris, kata investment diterjemahkan sebagai investasi ini, ke dalam bahasa Indonesia, yaitu penanaman modal. Pada dasarnya, bersama dengan konsumsi, investasi telah membentuk sebuah atau sebentuk perekonomian dua sector di mana campur tangan pemerintah maupun hubungan luar negeri tidak ada.7 Namun dengan mengawinkan konsepsi pemikiran sebagaimana tadi diuraikan di atas, tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan pembaharuan.

Dengan memperluas ruang investasi, dengan public investment di mana investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Maksud perkataan pemerintah di sini adalah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Singkatnya, public investment tidak dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bersifat personal. Investasi ini bersifat impersonal, dalam arti resmi. Atau mungkin paling tidak adalah model private investment yang masih di fasilitasi oleh pemerintah. Private investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh swasta, unsur-unsur seperti keuntungan yang diperoleh, masa depan penjualan dan sebagainya memainkan peranan yang sangat penting dalam penentuan volume investasi, sementara dalam menentukan volume private investment pertimbangan itu lebih di arahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa investasi yang di fasilitasi oleh pemerintah dengan baik, professional, proporsional, bisa berdampak signifikan terhadap kesejahteraan umum sebagai mana tujuan ekonomi sesungguhnya. Tapi tentunya orientasi terhadap kelayakan dan kondisi pasar tetaplah diperhatikan. Mengingat pelaku dunia investasi sama halnya sebagai masyarakat konsumtif, jadi untuk meningkatkan jumlah investasi, juga perlu dibaca secara mendalam keadaan konsumen pengguna dan pelaku investasi sebagai satu kesatuan unit analisis ekonomi.

Seperti halnya penggunaan logika sosial di ranah analisa ekonomi memiliki posisi strategis untuk menguji sebuah rencana, pelaksanaan kegiatan ekonomi, khususnya investasi. Logika sosial penting dalam arena diferensiasi dan masyarakat pertumbuhan, membawa kita melewati metafisika kebutuhan dan pertumbuhan, memiliki analisis yang sebenarnya merupakan logika sosial tentang konsumsi.

Masyarakat konsumsi bisa dimaknai homo economicus. Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang membawanya menuju pada objek yang memberinya kepuasan. Manusia tetap menjadi mahluk individu yang memiliki kebutuhan yang dibawa untuk dipuaskan juga bukan karena konsumen ialah mahluk yang bebas, sadar, dan seharusnya tahu apa yang dia inginkan tetapi diatas dalih para idealisme kita menerima bahwa terdapat dinamika sosial kebutuhan-kebutuhan.8 Masyarakat konsumtif sebagai sebuah potret strukturalis, bahwa segmentasi masyarakat konsumen memiliki asumsi tersendiri yang wajib di baca oleh produsen guna menjawab kebutuhan dan keinginan konsumen.

Sebagaimana yang terjadi dalam bisnis investasi, peran serta pemerintah atau pemerintah daerah dalam menawarkan lahan investasi perlu mempertimbangkan aspek kebutuhan masyarakat komsumtif di lingkup investasi. Dengan berbagai cara alternatif digunakan untuk dapat mendatangkan investor, tentunya dengan bacaan yang cukup dalam menganalisa karakteristik dan kebutuhan masyarakat komsumtif akan mampu meningkatkan ketertarikan mereka terhadap ojek investasi. Minimal kebutuhan masyarakat komsumtif ini adalah keamanan usaha, jaminan dan kepastian hukum serta banyak hal yang lain. Masyarakat komsumtif pelaku ekonomi di wilayah investasi paling tidak mempertimbangkan persoalan resiko dalam berinvestasi.

Setiap pakar mempunyai klasifikasi tersendiri mengenai resiko, Charles A. D’Ambrosio, CFA dalam tulisannya, “Phortolio Management Basics”, membedakan resiko investasi menjadi dua –resiko sistematik (systematic ricks) dan resiko tidak sistematik (unsystematic risks) atau biasa di sebut unique risk. Resiko sistematik (systematic ricks) berkenaan dengan kondisi Negara, jikalau Negara dalam keadaan ekonomi lesu, kinerja perusahaan di Negara tersebut pun akan mengecewakan, seperti halnya yang terjadi di dalam krisis Indonesia yang sempat di singgung di awal tulisan ini. Resiko tidak sistematik (unsystematic risks) atau biasa di sebut unique risk, lebih tergantung pada kondisi mikro perusahaan, semisal resiko perusahaan (company risk) dan resiko industry (industry risk) yang pada umumnya menyangkut besar kecilnya utang (financial risk) dan sifat bisnisnya (business risk), seperti perusahaan listrik yang marjin laba.9

Dengan kata lain, dalam setiap investasi untuk mendapatkan keuntungan selalu muncul potensi adanya resiko kerugian yang akan timbul apabila target keuntungan investasi tersebut tidak sesuai dengan yang direncanakan dan yang diinginkan. Resiko investasi bentuknya bisa bermacam-macam, baik di sebabkan oleh faktor internal maupun eksternal dari produk investasi tersebut. Setiap tindakan investasi mempunyai tingkat resiko dan keuntungan yang berbeda-beda. Ada karakter investor menginginkan tingkat keuntungan cukup tinggi di atas rata-rata keuntungan normal, sehingga harus siap mendapatkan potensi tingkat resiko yang tinggi juga. Begitu pula ada investor yang mengharapkan tingkat keuntungan relatif sedikit cenderung akan mendapatkan tingkat resiko yang relatif kecil juga. Istilah yang paling umum dikenal adalah “high profit high risk, low profit low risk”. Karena banyaknya perhatian yang musti diberikan pada resiko ini, sejumlah kalangan ahli mengklasifikasikan secara rijit, 5 (lima) resiko investasi. Resiko tingkat suku bunga (interest rate risk), resiko flukruasi mata uang (currency risk), resiko utang (credit risk), resiko volatilitas (volatility risk), dan resiko likuiditas (liquidity risk).10

Investasi memang berada dalam satu unit analisis yang kompleks. Pada saat memutuskan dalam berivestasi analisis resiko juga diikuti berbagai pertimbangan lain. Pertimbangan dimulai dari pertimbangan komunitas (analisa pasar, batas-batas lingkungan sekitar dan pemakaian lahan, ekonomi lingkungan sekitar, tingkat hunian, tranportasi dan ulitilitas, fasilitas lingkungan sekitar), mengevaluasi data, dan mengkaji peraturan pemerintah setempat –setiap instrument investasi diatur dengan Undang-Undang yang berbeda, dan setiap investor diberlakukan tidak sama di depan hukum, Bank, misalnya, di larang berinvestasi di saham yang diperdagangkan di pasar modal, atau membeli unit Reksa Dana yang berinvestasi di saham di pasar modal.11
Bisnis investasi telah menjadi sangat canggih. Kerap kali, keluar alat-alat baru yang mempermudah dalam membuat analisis resiko, laba, dan bagaimana faktor-faktor penting ini berinteraksi. Kinerja investasi yang luar biasa dari waktu ke waktu memerlukan kepiawaian, tidak hanya keberuntungan. Adalah simpangan baku sebagai alat yang dapat kita gunakan untuk mengukur volatilitas suatu portofolio. Ataupun, rasio share guna mengukur laba yang disesuaikan dengan resiko. Banyaknya unit alat analisis investasi, maka pendekatan multidisiplin juga sangat diperlukan dalam menentukan kelayakkan dan peruntungan investasi.

Investasi sebagai sebuah sistem terbuka bagi kemungkinan banyak pihak dan unsur terlibat, yang tetap berorientasi pada keuntungan sebesar-besarnya berdasarkan perhitungan uang tanaman yang akan berlipat ganda dikemudian hari. Namun perkembangan investasi harus diikuti dengan upaya untuk memperluas kesejahteraan umum yang konkret, tidak hanya menguntungkan bagi hak milik pribadi yang juga dihargai dan diprioritaskan. Besarnya investasi berjalan seiringingan dengan hukum investasi, hukum pajak, dan pembangunan yang menjamin kepentingan perseorangan dan kehendak publik.

Awaludin Marwan, SH
Embun Pagi Intitute


1. Lihat, Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. BPFE-Yogjakarta. Halm. 150. Banyak asumsi yang merasa bahwa krisis ekonomi 1997-1999 pada dasarnya sama dengan krisis ekonomi 1966-1968, atau krisis ekonomi 1982-1983, barangkali dapat di posisikan bahwa yang harus kita lawan adalah sistem ekonomi yang di dominasi kelompok kapitalis swasta yang monolistik.
2. Ibid., 151
3. Ibid., 3
4. Mark Skousen, 2001. The Making of Modern Economics The Lives and Ideas of The Great Thinkers, diterjemahkan oleh Tri Wibowo Budi Santoso. 2005. Teori-Teori Ekonomi Modern Sejarah Pemikiran Ekonomi. PRENADA MEDIA. Jakarta. Halm. 1
5. Ibid., 3
6. Franz Magnis Suseno. 2005. Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
7. Suherman Rosyidi. 1996. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Makro dan Mikro. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 191
8. Jean Baudrillard. 1970. La societe de consummation. Diterjemahkan oleh Waluyo. 2006. Masyarakat Konsumsi. Kreasi Wacana. Yogjakarta. Hal. 74.
9. Jaka E. Cahyono. 2000. Menjadi Manajer Investasi bagi Diri Sendiri. PT. Gramedia Pustaka. Halm. 127-128
10. Sapto Rahardjo. 2003. Panduan Investasi Obligasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 47-49
11. David Sirota. 2006. Pokok-Pokok Sukses Investasi Realstat. Katalog Dalam Terbitan. Jakarta. Hal 119-131

7 komentar:

Anonim mengatakan...

ya dimana-mana investasi memang penggerak ekonomi. Jadi dalam tulisan kamu ini maksudnya ingin mengatakan bahwa investasi sebagai sarana penggerak "kemakmuran"?

Dalam lomba karya tulis ilmiah, dewan juri barangkali akan manggut-manggut sepakat terhadap presentasi kamu Luk. Tapi selanjutnya mereka tidak akan bertanya. Coz kebenaran tersebut sejak jaman Cina klasik sudah tahu.

Entah, barangkali Pak IS punya komentar lain ttg artikel kamu. Beliau kan pakar investasi.he2..

Anonim mengatakan...

Bror, tampaknya aku harus banyak membaca sepertimu.

Investasi memang perlu. tapi, apakah ia pernah netral di tangan negara?

Jika sama-sama akhirnya menyerahkan pada negara dan perangkatnya yang sangat terbatas,bagaimana dengan nasionalisasi?

saya kira, alternatif baru harus berani dicoba.

taufiq

Anonim mengatakan...

saya sepekat dengan negara tetangga kita malaysia dengan membatasi jumlah investasi yang masuk.

memang jika dibandingkan aturan mengenai investasi antara negara kita dengan malaysia lebihbanyak aturan yang ada di negara kita, tapi keberpihakan aturan dan perundangan di negara kita kalah jauh keberpihakkannya terhadap ekonomi rakyat dibanding malaysia.
mungkin ini sebabnya perkembangan ekonomi kita kalah jauh dibanding malaysia.

wallahhu a'lam
malik.

Anonim mengatakan...

Rasa-rasanya ingin sekali mengatakan perubahan itu dimulai dari tangan rakyat sendiri, meskipun Robert Owen seorang pengusaha sekaligus penulis sosialis merasa perubahan menuju ke kesejahteraan umum yang sekaligus nantinya bisa menjadi kebahagiaan bersama berasal dari iktikhad baik sang pengusaha atau pelaku ekonomi.
Namun paling tidak kegelisahan kita di bidang ekonomi adalah bagaimana memuliakan penambahan hak milik pribadi namun tetap merangkak dari keterasingan sosial kita terhadap manusia yang lain, this's a case, you know!!!!

Anonim mengatakan...

Ngeri-ngeri, anak2 KEP sekarang semuanya telah jadi ekonom.He2...

Anonim mengatakan...

Luar biasa anak muda nih...salaut ama luluk..kapan2 cari compare refference tentang sistem ekonomi yang lebih yahood..."Membangun sistem ekonomi alternatif".oleh:DR.Taqiyuddin An-Nabhani.penerbit : Risalah gusti.2002.
.secarik cawan pembuka bukunya ada di blog-ku.https://www.antikapitalis.wordpress.com

Anonim mengatakan...

Hi!
You may probably be very interested to know how one can make real money on investments.
There is no initial capital needed.
You may commense to get income with a sum that usually is spent
for daily food, that's 20-100 dollars.
I have been participating in one company's work for several years,
and I'm ready to let you know my secrets at my blog.

Please visit my pages and send me private message to get the info.

P.S. I make 1000-2000 per day now.

http://theinvestblog.com [url=http://theinvestblog.com]Online Investment Blog[/url]