online degree programs

Selasa, September 09, 2008

CINTA, REALITA DAN DILEMA KAUM PRIA (Bagian III)

Tidak hanya dalam keluarga, perbedaan preferensi biasanya juga terjadi antara pria dan wanita. Saya teringat kata-kata salah seorang teman perempuan saya: “Giy dimana-mana, yang namanya pria itu suka pada wanita ‘cantik’, dan kebanyakan wanita menyukai pria yang telah ‘bekerja’”. Pernyataan tersebut nyaris sulit saya sangkal. Walaupun biasanya kondisi yang terjadi sering tidak sesuai yang diharapkan.

Apa landasan bagi pandangan tersebut? Begini: seorang pria biasanya lebih suka terhadap apa yang mereka lihat. Sedangkan wanita biasanya cenderung menyukai apa yang telah diberikan kepadanya. Ini lah yang membedakan antara species pria dengan wanita. Jika seorang pria telah melihat wanita impiannya, bukan tidak mungkin dia akan mengejar sampai ke ‘ujung dunia’. Begitu juga sebaliknya, jika seorang wanita sudah merasa si pria sudah “cukup” memberikan apa yang diharapkannya, maka dia tidak akan lari kemana-mana.

Antara species pria dan wanita jelas berbeda. Inilah yang sebenarnya membuat dunia begitu indah. Kita tidak dapat membayangkan apabila kita hidup dalam sebuah kemiripan atau kesamaan. Maka yang terjadi adalah kematian hasrat hidup manusia. Baik secara fisik, kodrat maupun peranan antara pria dan wanita memang telah “diciptakan” secara berbeda. Ini merupakan sebuah hukum alam yang tidak dapat dilawan.

Sedangkan dalam menjalin cinta, tidak ada yang logis maupun tidak logis. Semua kemungkinan bisa terjadi. Yang tidak dapat dihindari ialah suatu kemungkinan-kemungkinan dari sebuah pilihan. Semisal apakah tanpa ‘bekal yang cukup’ jika memutuskan hidup bersama apakah akan lebih bahagia atau malah lebih menderita?

Sedangkan faktanya, problema percintaan tidak pernah luput dari persoalan dunia. Karena manusia tidak hidup di taman firdaus yang serba ada, maka persoalan dunia, biasanya menjadi “persoalan klasik” bagi setiap manusia untuk mencapai segala tujuannya.

Apa yang telah menjadi norma biasanya adalah, tanggungjawab si pria untuk memberi nafkah bagi sang wanita. Kondisi tersebut juga memberi dilemma tersendiri bagi kaum pria. Di satu sisi, seorang pria mempunyai tanggungjawab besar untuk mencari nafkah, sedangkan di sisi lain dia harus juga meluangkan waktu untuk memenuhi kebutuhan jiwa bagi kehidupan bersama.

Pada masa berpacaran, umumnya, konflik peranan tersebut masih belum terjadi. Dilemma si pria ketika masih berpacaran adalah persoalan waktu yang terkadang menjadi kendala. Terkecuali bagi pria yang “cuek” dengan tanggungjawabnya. Bagi pria normal, bekerja adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Berbeda lagi dengan para filsuf yang sukanya menulis dan berdiskusi.

Di sinilah inti dilemanya. Seorang pria sejati tidak mungkin lepas tangan untuk menyerahkan tanggungjawab penghidupan hanya kepada sang istri. Konsekuensinya, dia harus mencurahkan waktunya untuk mencari nafkah demi kehidupan bersama.(Giy)

Artike bersambung….

12 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku merasa mendapat segudang teori cinta baru dari kontemplasi a priori kang gie. Kira-kira a posteriori-nya kapan itu yaw. Barangkali ilmuwan positivistik menanyakan kevalidan data kang gie gak bisa jawab. Ha5X

Anonim mengatakan...

Betul-betul....

Anonim mengatakan...

Luk. Ingat ndk waktu kita pernah bentrok ngapel sama satu cewek?

Kamu balik kanan, dan saya maju terus yg akhirnya juga gagal. hax6..

Saya kira secara aposteriori saya sudah valid,he2...lha ini hasil teorinya....hax10l....

Anonim mengatakan...

wuuuah, ternyata mas luluk dan mas gie pernah bentrok tah...
apek kuwi...
apek kuwi...

eh, mas gie aku keberatan sama kalimat niy:
"ada masa berpacaran, umumnya, konflik peranan tersebut masih belum terjadi. Dilemma si pria ketika masih berpacaran adalah persoalan waktu yang terkadang menjadi kendala. Terkecuali bagi pria yang “cuek” dengan tanggungjawabnya. Bagi pria normal, bekerja adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Berbeda lagi dengan para filsuf yang sukanya menulis dan berdiskusi"

Anonim mengatakan...

saya yakin Mises tuh juga doyan cewek... apalagi yang maknyuzz

Anonim mengatakan...

He2....yang kamu kutip itu satu paragraf. Tolong, kalimat mana yang kamu keberatan. Yang awal, tengah....ato yang akhir,ha2...?????

Itu penting buat masukkan saya, untuk menciptakan 'teori cinta'. Coz seperti teori kritis yang tidak mau digeneralisasi...jadi...barangkali saya nanti bisa buat 'teori cinta'. Jaman postmo kan teori boleh ad hoc...

Jadi ambisi terbesar saya adalah bikin teori cinta...

oh....jawab ya yang mana yg kamu merasa keberatan? please....please...please...

Anonim mengatakan...

dan...

deddy mizwar pun mempunyai teorinya sendiri,
seorang pencinta sejati, berani berjanji
sedang seorang pengagum, takut berjanji

(asumsinya, semua janji akan ditepati)

Anonim mengatakan...

Masalahnya....orangnya Linglung saat dikasih janji. Lha gimana?

Anonim mengatakan...

cINTA bukan simbolnya pria dan wanita.
tapi cinta adalah penggerak perbuatan yang kita lakukan dalam kehidupan.

Anonim mengatakan...

Kata sang Patkai:
"Cinta...cinta...Deritanya memang tiada akhir"...

....Tapi bikin 'berkunang-kunang' tiap orang. Hingga lupa makan malam,he2....

Anonim mengatakan...

kalau saya pikir.....
jangan2 kalian ini korban dari kegagalan experimen Cinta yang kalian ciptakan sendiri, he..he..he

Anonim mengatakan...

membaca seluruh blog, cukup bagus