Manusia terpaku, sementara sang waktu berjalan melaluinya, hingga manusia bisa merasakan datangnya satu satuan waktu untuk berpuasa. Puasa, yang mengubah maghrib menjadi isyarat makan kolak dan es buah manis dengan atau tidak dengan santan. Puasa yang kini hanya hanya seperti duduk diam, menunggu bedug yang ditabuh tak wajar, hingga orang-orang sesekali menyungging senyum sembari tangan kanan berjabat dengan tangan kanan lain.
Atau manusia berjalan menyusuri waktu. Maka mereka lahir dan mati tak serentak.
atau, mungkin manusia berhenti sekaligus berjalan, melalui waktu. Seperti saat duduk di sebuah kursi di dalam mobil, yang tergerak karena deru mesin dan putaran roda, energi mekanis kata fisikawan. Beberapa manusia menaiki hi-jet, yang lain kijang, yang lain carreta, yang lain ford, yang lain truk bak terbuka, yang lain lagi mobil baja tanpa jendela kaca. Semua berjalan melintas di jalan waktu, dengan kecepatan yang tak sama (bahkan kecepatan tak bisa terlepas dari waktu). Sehingga di saat yang sama, ada beda angka, yang ditunjuk jarum jam di London, Jakarta, Havana, Buenos Aires, Lima, Ho Chi Minh, juga Sekaran.
Apakah waktu itu untuk dijalani, atau untuk selalu diucapi selamat datang. Jam dengan waktu, seperti gambar di kertas bungkus dengan bungkus, dengan bentuk bungkus, dengan aroma isi, dengan rasa isi, dengan gizi isi. Semua itu bukan hal penting, apalagi setelah sehari menahan lapar yang tersembunyi di balik kelakar, ada juga yang bersama pacar.
Ahmad Fahmi Mubarok
fah_itusaja@yahoo.com
Jumat, Agustus 29, 2008
Puasa dan Waktunya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
fah, kita memang seperti selalu terkutuk untuk lupa. mungkin itu yang mengekalkan waktu.tapi, kekalkah waktu? tidak, aku kira.waktu bukanlah 'tuhan'.ia juga tidak mungkin kekal. ia terbatas.ia hanyalah makhluk.ia bukan khalik yang tak terbatas itu.
sayangnya,sebagai sesama makhluk manusia kadang takluk pada waktu, pada yang juga tak kekal itu.waktu disulap menjadi tuhan.orang-orang takut pada waktu.kapan tiba saat deadline.kapan tiba saat ujian skripsi.kapan tiba saat meminang wanita.kapan dan saat itu menjadi demikian mengerikan.syahadat tiba-tiba lenyap tak berbekas.
yah, aku kira begitu juga puasa.mengapa tiba waktu puasa.mengapa pula akan tiba waktunya usai.kita terkutuk di dalam waktu.atau waktu telah terkutuk dalam kita.kita yang sesungguhnya adalah saudara sekandung waktu.kita bertanya tentang waktu juga masih di dalam waktu.kita ingin keluar dari waktu.meloncat dan menduduki kepala waktu dan kemudian mengendalikannya kemana arah kita hendak tiba.namun, bagaimanakah?
fah, si binatang jalang itu mabuk:
mari menari!
mari beria!
mari berlupa!
ah, itu dulu.mungkinkah dulu.lalu,beda apa dulu dan sekarang dan esok jika kata tetap kata dan tak pernah mewujud jadi tuhan?
puasa.waktu.tuhan.
selamat berpuasa.semoga menemukan tuhan dalam puasa.
selamat merayakan waktu.
ya, lupa memang perlu. setidaknya kemampuan untuk "maju" juga bersinggungan dengan kemampuan untuk melupakan..
waktu, mungkin hanya sebuah kesepakatan. bisa saja, awal masehi bukan saat itu, tetapi beberapa waktu lebih awal. maka, sekarang bukanlah bulan september, tetapi masih agustus, atau juli, atau april, atau yang lain.
bisa saja, ada hari setelah minggu dan sebelum senin, jika disepakati.
tetapi itu bukan waktu,
dan yang bukan waktu, itu, sekarang kian jadi komoditi..
Posting Komentar