online degree programs

Senin, Agustus 11, 2008

MENGEMBALIKAN RUH REFORMASI

Atikel ini sebenarnya sudah lama aku tulis dan sekarang sudah basi tapi mungkin ini bisa dijadikan bahan kajian akan kemana sebuah gerbong besar bernama gerakan mahasiswa. Dan tulisan ini sebetulnya hanya sebuah tulisan yang tidak layak muat (kata suara merdeka) tapi karena baru sempet urun rembug sekarang ya maap...Semoga bermanfaat..dan mohon kritikan atas tulisan saya ini.....suwun

Adalah tanggung jawab generasi muda khususnya mahasiswa untuk selalu memperjuangkan nasib seluruh rakyat dan bangsanya. Sangat lazim jika rakyat bertumpu kepada pundak para mahasiswa yang nota bene mempunyai kadar intelektualitas yang tinggi, sehingga dapat mengerti dan menangkap apa yang rakyat rasakan.

Sejak masa kolonialisme mahasiswa selalu mengawal terjadinya perubahan sosial di negeri ini. Dari lahirnya Boedi Utomo, turunnya bung Karno,kasus Malari,hingga lengsernya pak Harto. Bahkan banyak kebijakan pemerintah yang berubah karena dilatarbelakangi oleh gerakan mahasiswa.Hal ini menunjukan betapa dahsyatnya sebuah gerakan mahasiswa yang di landasi oleh idealisme kerakyatan.

Sebagai gerakan moral yang rasional, gerakan mahasiswa yang intelektual perlu ditunjukan dengan sikap yang demokratis dan anti anarkis. Kita tunjukan bahwa proses pembodohan tidak berlaku bagi mahasiswa, yang membungkus tindakan anarki dengan retorika demokrasi. Mahasiwa harus mengutuk tindakan premanisme politik kekerasan, yang menghalalkan anarkisme untuk tujuan politik, dengan memanipulasi kebodohan rakyat.

Gerakan mahasiswa akhir-akhir ini seakan-akan mengalami sebuah degradasi yang sangat tajam setelah mengalami klimaksnya pada reformasi 1998.Ini dapat dibuktikan ketika banyak sekali kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat dan bangsa seperti dianggap angin lalu saja oleh kawan-kawan mahasiswa.Gerakan mahasiswa malah sering terjebak dalam konflik elite, berselingkuh dengan rejim militer dan modal. Bahkan di dalam kampus pun ruang gerak bagi sebuah gerakan mahasiswa dibatasi dengan berbagai macam sistem perkuliahan dari iming-iming cum laude,lulus tiga tahun,ancaman nilai untuk mahasiswa yang kritis,ditambah lagi untuk menumpulkan kritisisme mahasiswa dengan cara menaikkan biaya kuliah.

Sekarang gerakan mahasiswa haruslah kembali ke khittah nya dan memupuk kembali darah juangnya demi memperjuangkan rakyat dan bangsanya. Dari kasus Unas yang telah menewaskan kawan Maftuh Fauzi kita luruskan kembali arah gerakan mahasiswa. Dari mahasiswa yang hanya sebatas wacana dalam forum-forum diskusi,mahasiswa yang suka ngomong revolusi, sampai yang hanya suka memakai kaos Che Guevara,atau bahkan mahasiswa yang funky haruslah tetap memikirkan nasib rakyat dan bangsanya dengan jalan sebuah gerakan moral bersama secara independen dan tetap satu tujuan.



N.GUNTUR.S

PSIKOLOGI, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

14 komentar:

infogue mengatakan...

artikel anda :

http://pemerintahan-indonesia.infogue.com/
http://pemerintahan-indonesia.infogue.com/mengembalikan_ruh_reformasi

promosikan artikel anda di www.infogue.com dan jadikan artikel anda yang terbaik dan terpopuler menurut pembaca.salam blogger!!!

Imam Semar mengatakan...

Sukarno dulu mahasiswa. Akbar Tandjung, Cosmas Batubara,..... juga mahasiswa ketika mulai "berjuang". Mahasiswa dengan idealisme tinggi. Bahkan untuk angkatan 66, salah satu perjuangannya adalah TURUNKAN HARGA (tritura). Ketika mereka berada dipemerintahan...., harga-harga tidak pernah turun (bahkan naik lebih 100 kalinya sejak thn 70). Apakah saya harus percaya pada mahasiswa?

Katanya mahasiswa adalah kaum dengan intelektualitas tinggi. Seakan kaum pekerja kurang intelek. Silahkan mahasiswa bantu rakyat yang diperjuangkan, tanpa bantuan pajak. Apakah itu dari merengek-rengek minta budget atau minta kedudukan/jabatan supaya bisa pakai uang pajak.

Salam,
(Bekas Mahasiswa yang tidak punya idealisme kerakyatan dan lulus dengan cum laude, kapitalis, pendukung free market)

Anonim mengatakan...

benar pak imam, tidak semua mahasiswa juga intelek. pekerja juga tidak semuanya bodoh. mungkin ini hanya masalah momentum zaman (zeitgeist). mahasiswa = intelektual, adalah generalisasi yang salah kaprah pada konteks kekinian. tetapi saya percaya memang masih ada mahasiswa yang intelek.

tapi setahu saya pak, dan mahasiswa adalah sebuah proses yang belum usai. setelah lepas dari kampus, itu adalah ajang pembenturan tiada henti antara "sikap" dan "perilaku" yang disemainya di kampus dengan "karang " realitas.

jika terjadi perbedaan antara "sikap" dan "perilaku" nya dikemudian hari, bisa saja itu adalah bagian dari dialektika. tetapi bisa juga individu tersebut mengalami apa yang disebut disonansi kognitif. mahasiswa yang seperti ini sangat berbahaya

relasi untuk kekuasaan dan uang mungkin jadi faktor (disadari atau tidak)penyebab disonansi kognitif. mungkin ada yang menyebut individu ini oportunis berkedok idealis...

alah mbuh, karepmu lah...

Anonim mengatakan...

Pak Imam...kok gak nanggapi komentar saya di posting "subsidi silang..." bulan kemarin....padahal argumen saya mematahkan argumen Pak Imam hehehe...stidaknya itu menurut anggapan saya....

Imam Semar mengatakan...

@Ed Khan,

Komentarnya panjang sekali di topik subsidi pendidikan. Jadi perlu dipilah-pilah mana yang inti dan mana yang bukan inti. Kebetulan saya sedang sibuk.... (selalu :D, cuma bebannya agak lebih banyak kali ini). Maklum lah kelas pekerja yang sedang akumulasi kapital untuk pensiun :D.

Lain kali.... lah.

Anonim mengatakan...

Oke lah....saya khan pengen belajar kapitalisme pada sang guru yang mengaku kapitalis..... saya tunggu...

Anonim mengatakan...

saya rasa yang dikatakan pak imam, dengan trajektorinya, pengalamannya yang sedemikian, pergantian masa/angkatan mahasiswa dan pemerintahan, bisa menjadi pelajaran bagi saya yang baru kemarin tahu tentang dunia dan itupun belum luas-luas amat..

tetapi yang saya tahu, manusia bukan hanya mahasiswa, bukan hanya pekerja, bos, kapitalis, sosialis, politisi, koruptor, dan lain-lainnya..
bahkan manusia sebagai masing-masing individu pun tidak bisa semata-mata hanya satu hal, dia multi peran. hanya bagian kecil, yang saling menyusun, bagi saya seperti itu

Anonim mengatakan...

oh iya, ada yang lupa..
(kembali, mungkin ada yang lupa, artikel pertemuan kapan ya?)

mas guntur, mengatakan bahwa mahasiswa harus berjuang untuk nasib seluruh rakyat dan bangsanya, dan itulah khittahnya. tetapi, saya rasa, saya tidak bisa menyepakati hal itu. jika mas guntur mengatakan sejarahnya, mungkin bisa jadi iya. pertanyaan saya, sejarah yang mana? bahkan sejarah, apalagi dengan reduksi yang terjadi baik lisan maupun tulisan tak sepenuhnya seperti apa yang terjadi. jika ukuran / rasionalitas kebenaran sejarah adala kesesuaiannya dengan kenyataan, maka sejarah selalu salah!

iya saja, ada budi utomo, jong java, jong sumatera, tri koro darmo, dan sebagainya. tapi apakah mereka (dulu) mengatasnamakan dirinya (perwakilan) mahasiswa? saya rasa tidak. mereka hanya merasa sebagai rakyat, manusia, yang kebetulan merasa hal yang sama, sehingga bersatu. maka dari itu, persatuan selalu bersfat temporer, taktis, dan insidental. persatuan yang diada-adakan, justru hanya menjadikannya semakin sakit!

maka, sebenarnya mahasiswa tidaklah elemen penting, maka tidaklah perlu menumpukan harapan padanya. apa yang terjadi pada masa lalu, apakah itu benar-benar seperti itu? bahkan hal-hal kecil disekitar saya pun, tidak pernah satu hal, termasuk diri saya. apalagi cita-cita melangit seperti mengembalikan ruh reformasi, yang melibatkan banyak hal.

Anonim mengatakan...

Mahasiswa itu cuma status sementara, yg riil itu adalah keberadaan Giyanto, Edy, Fahmi sebagai manusia.

Sebagai contoh kesalahan kalau kita melihat seseorang berdasarkan status sering menyesatkan! semisal sosok Giyanto:

apakah dia mahasiswa, penulis, wiraswasta, pecundang, jomblo, anak petani,"bekas" ketua Himpunan Mahasiswa, calon guru geografi?

status2 tersebut adalah sesuatu yg imortal. Dia hanya embel2 dari lingkungan sosial.

Jadi apa sih mahasiswa? menurutku, mahasiswa adalah sekumpulan kaum utopis, yg tidak pernah sadar bahwa dirinya adalah kebohongan terbesar yg pernah ada di sebuah zaman---tentunya dalam perspektif status.

dalam realitas, mahasiswa tidak lebih dari kumpulan org2 malas, yg menganggap dirinya "paling" diantara status2 yg lain.

Jelas menurutku pandangan ini sangat berbahaya!

mahasiswa tidak lebih berharga daripada, ahli sol sepatu dibelakang kiosku.

Coz, kebanyakan mahasiswa adalah sekumpulan parasit yg bisanya merengek, layaknya para birokrat yg sering mereka hujat.

padahal, keduanya tidak ada bedanya!

Anonim mengatakan...

jadi, "rakyat", dalam istilah tsb termasuk juga konstruk sosial yg sering dipelintirkan untuk kepentingan politik. Demi pembenaran bagi kebenaranya sendiri!

Dan masih banyak segudang wacana2 lain yg sering "di-politisasi".

Anonim mengatakan...

hebat....
bangsa ini adalah bangsa hebat.

sudah berani menertawakan, meng kritik, menghujat, menghantam dirinya sendiri.

tapi ati ati sodara...
jangan terlalu keras mengkritik, menghujat, menghantam diri kita sendiri,,
nanti bisa ajur mumur,,,,jadi bubur,

Anonim mengatakan...

saya kira ini kok bukan menghujat.tapi mungkin serupa kesadaran kritis...

relativitas "terlalu keras mengkritik, menghujat, menghantam"
itu khan menurut anda mas/mbak anonim. saya pikir mengkritik, menghujat, menghantam, itu berawal dari kegelisahan2 yang jujur. yang diungkapkan pula dengan jujur.
karena memang tersambung dengan realitas....

kalau memang anda punya kegelisahan serupa, tetapi tidak diungkapkan dengan jujur, tapi berdasarkan pertimbangan2 politis. saya pikir anda termasuk oportunis.

Imam Semar mengatakan...

He he he he... I love this:

Anonim mengatakan...

gaya....gaya...
mahasiswa sok gaya....sok membela rakyat......
padahal rakyat seng di belo ra rumingso dibelo.
contohe pas BBM Naik. Said Dan temen-temen demonstrasi tolak kenaikan harga BBM.said tulang-tulong sampe suorone entek...
ehhh malah masyarakat tongkrong ngrokak-ngrokok... malah mencacai maki orang yang membelanya...

Mahasiswa tugasnya ya belajar, pacaran lulus kawen, ngelamar kerjo......ini baru mahasiswa...