oleh: EKO SETYO ATMODJO*
Tahun 2008 ini mungkin tahun bersejarah sebagai tombak untuk mengawali musim orang pada ganti kerjaan. Banyak orang berbondong-bondong beralih profesi. Contoh riil yang bisa kita lihat bersama dan itu sangat lucu menurut saya adalah proses alih profesinya para selebriti ke lain jalur dan lain bidang yang semestinya di jalur entertainment lalu mereka rame-rame terjun ke dunia politik.
Bagaimana tidak lucu dunia politik disangka sandiwara hiburan yang bisa mereka mainkan sewaktu-waktu dunia politik mungkin disangkanya arena untuk menunjukan kebolehan akting mereka. Banyak orang berpendapat bahwa fenomena ini dikaitkan bahwa figur seorang artis dapat menaikan pamor atau mengangkat sebuah parpol atau organisasi politik yang lain ketika si artis ini terjun menjadi wakil rakyat mewakili parpol. katanya!
Betapa bingungnya saya ketika wacana ini bergulir. Sebenarnya yang kurang berdedikasi itu parpol atau oknum artis tersebut. Permasalahan yang muncul di sini adalah, parpol di Indonesia yang punya kewenangan untuk mengusung caleg atau pejabat-pejabat eksekutif, selain calon perseorangan semacam sudah kehilangan arah sudah terlihat mandul dalam mengkader para simpatisan yang memang bebar-benar loyal dan prefesional terhadap kinerja terhadap parpol atau negerinya.
Dengan adanya fenomena seperti ini, muncul keraguan apakah ada jaminan bahwa kader-kader parpol yang diusung dari kalangan selebritis itu mampu mengemban amanat rakyat yang diwakilinya. Melalui parpol, mereka menjadi para wakil rakyat dengan tidak mengedapankan kemampuan secara personel.
Pantas diragukan ketika hasil instan dari sebuah pengkaderan apakah juga nantinya akan memberikan sumbangan yang maksimal untuk perbaikan kehidupan rakyat. Mestinya itu yang jadi pertanyaan kita semua? atau dilain sudut mereka hanya ingin mengejar materi yang menurut mereka mungkin lebih menjanjikan ketimbang jadi artis. Mungkin mereka tidak tahu ada sebuah pernyataan bahwa kekuasaan itu identik dengan korupsi.
Doa saya sebagai rakyat semoga pernyataan diatas tersebut tidak sampai melekat pada diri para pengalih profesi kita....
*) Penulis berencana ganti profesi
5 komentar:
lalu politik yang benar itu seperti yang bagaimana ya?
Aku pengen ganti profesi jadi pengamat, pemikir ajah ah....
kalo gitu, aku pengen jadi pengamatnya para pengamat..
mumpung jabatan artis banyak yang kosong, bagaimana kalau jadi artis saja...
saya kira, itu sehat bahkan sangat sehat. ini menunjukkan gejala yang baik, berarti para artis kita mempunyai kepedulia yang sangat tinggi terhadap komitmen sosial.lho, kalau mereka tidak 'sosialis' ya mereka lebih baik tongkrong enak-enak duit banyak ngapain jadi caleg, politisi, dll.
persoalan mereka 'tahu diri' atau tidak atas kemampuan mereka dalam politik itu kan seperti mussaddiq yang ngaku jadi nabi atau tiba-tiba pak untung (our lovely kucingan)nyalon jadi presiden. bisa apa kita, bror? he he......
Posting Komentar