online degree programs

Minggu, April 12, 2009

INDAHNYA UNNES JAMAN DULU…

Beberapa hari yang lalu saya mengamati dan menerungkan kampus yang telah memberikan ilmu. Setelah kuamati banyak perbedaan di sana baik secara fisik maupun non fisik. Dunia pergerakan tak lagi terdengar, diskusi-diskusi yang liar yang banyak menghasilkan pikiran-pikiran khas mahasiswa tak ada lagi. Adanya sebuah tuntutan akademis yang sungguh tak mencerdaskan dan membuat kreativitas mahasiswa mandul. Sebuah karya ilmiah yang tak mengedepankan lagi tujuan ilmiah akan tetapi mengedepankan materialitis, sehingga mahasiswa tak ada lagi yang membuat karya untuk meningkatkan keilmiahannya tapi sudah bermotif mencari keuntungan.

Jika kader bangsa semua yang dilakukannya cuma dihitung dengan ukuran materi maka ini adalah keberhasilan "settingan global" untuk membuat bangsa-bangsa yang mempunyai kearifan lokal punah sehingga yang tersisa hanya bangsa yang penuh ketamakan dan kerasukan dengan ukuran materi semata.

Dulu saya masuk Unnes sudah 3 Jutaan akan tetapi tidak ada paksaan dan sudah biaya 1 semester, SPL dll. Sekarang lihat pengumuman SPMU yang mewajibkan SPL 5 juta rupiah bahkan ada informasi yang ngisi 5 Juta banyak yang ndak diterima karena banyak yang ngisi diatas 5 juta bahkan sampai 24 Juta. Jadi untuk masuk Unnes minimal harus menyediakan 9 Juta rupiah. Gila…. Sungguh gila. Sungguh mahal pendidikan ini. Di Undip lebih parah lagi, 15 Juta harus di siapkan di awal sebelum mendaftar dengan membuat surat keterangan di atas materai yang ditandatangani orang tua mahasiswa.

Entah apa yang ada di otak pemerintah dan orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, Jangan dengan dinaikkannya anggaran untuk kaji pendidik dan PNS menjadikan semua kemampuan diukur dari diri mereka, padahal berapa orang saja yang bernasib baik seperti mereka. Mereka tidak tahu kalo gaji yang mereka makan adalah hasil dari pajak perusahaan, dan kita tahu bahwa pajak perusahaan dihasilkan dari keringat para buruhnya. Berari gaji mereka berasal dari keringat buruh, tani dan orang-orang kecil lainnya.

Indahnya Unnes jaman dulu kawan, dulu kita dapat berteriak dengan nuansa pendidikan, dulu kita dapat bebas belajar demokrasi dengan Demonstrasi, dulu kita buat karya tak kefikiran uangnya, dulu kita dapat berdiskusi dengan dosen sampai larut malam, dulu kita dapat bertarung dalam pentas pemira, dulu kita dapat kumpul di sudut FIS, dulu kita dapat belajar dengan murah.

Tapi sekarang Unnes telah berubah, tidak ada belajar murah, tidak ada Demonstrasi, tidak ada keikhlasan membuat karya karena uang di taruh di depan mata, tidak dapat diskusi dengan dosen larut malam karena dosen tidur jam delapan malam alasan lelah pulang jam 4 sore, tidak ada kumpul-kumpul dis udut kampus karena semuanya disibukkan oleh tugas kuliah yang menumpuk. Katanya mencerdaskan padahal hal itu kurang manfaatnya di dunia nyata.

Sepertinya Unnes hanya menyiapkan alumninya jadi PNS. Padahal berapa orang yang dapat jadi PNS? dunia wiraswasta dan wirausaha tidak membutuhkan mahasiswa yang pintar tapi lebih membutuhkan mahasiswa yang cerdas dan penuh kreativitas. Dan kayaknya mahasiswa cerdas dan kreatif tinggal kenangan jika Unnes tak berubah. Salam,


M. Azil Maskur

Alumni yang masih merasakan masa ke indahan Unnes

18 komentar:

Anonim mengatakan...

kang azil, pada suatu saat nanti kami bermimpi untuk membuat sebuah universitas sendiri dengan kurikulum, manajemen, visi dan misi yang bisa kita kelola sendiri secara mandiri.

barangkali, kang azil mau bergabung membangun mimpi itu kami sangat senang sekali.

salam hangat,
taufiq

Imam Semar mengatakan...

Quote:

Dulu saya masuk Unnes sudah 3 Jutaan akan tetapi tidak ada paksaan dan sudah biaya 1 semester, SPL dll. Sekarang lihat pengumuman SPMU yang mewajibkan SPL 5 juta rupiah bahkan ada informasi yang ngisi 5 Juta banyak yang ndak diterima karena banyak yang ngisi diatas 5 juta bahkan sampai 24 Juta. Jadi untuk masuk Unnes minimal harus menyediakan 9 Juta rupiah. Gila…. Sungguh gila. Sungguh mahal pendidikan ini. Di Undip lebih parah lagi, 15 Juta harus di siapkan di awal sebelum mendaftar dengan membuat surat keterangan di atas materai yang ditandatangani orang tua mahasiswa.

Entah apa yang ada di otak pemerintah dan orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, Jangan dengan dinaikkannya anggaran untuk kaji pendidik dan PNS menjadikan semua kemampuan diukur dari diri mereka, padahal berapa orang saja yang bernasib baik seperti mereka.


:unquote:

Untuk bisa masuk ITB bisa Rp 85 juta. Bahkan untuk kedokteran UI spesialisasi bisa ratusan juta!!! Bapak saya dulu nggak bayar!! Malah dibayar.

Dulu ketika masih jaman "Baru merdeka dan Demokrasi Liberal dengan UUD50", kuliah malah di bayar, banyak beasiswa.Ini di UI, Gama dan Airlangga. Mahasiswa bisa menghidupi keluarganya dari beasiswa. Kawin umur 23 - 25 biasa.

Kemudian jaman Kora-Kora" Sukarno, masuk universitas masih nyaris nggak bayar.

Juga jaman awal Suharto, kuliah masih murah.

Jaman Reformasi, otonomi daerah..... semuanya mahal.

Jaman Belanda bagaimana? Perlu dipelajari bagaimana Sukarno bajar uang sekolahnya. Apakah orang tuanya pejabat kaya???

Ini sekedar mengukur tingkat kemakmuran dipelbagai jaman.

Giyanto mengatakan...

Tulisan yang bagus Zil...Saya milihkan gambar Gedung FIS biar kamu ingat 'kenangan konyol' qt Tempoe Doeloe. Kwak2...

Saya juga pertama kali ketemu Taufiq juga di gedung itu...Ingat ndk Fiq, qt ngomongin tulisan Goenawan ttg Syahrir pas hujan2...Saya agaknya cukup terheran2 saat itu, ternyata di UNNES ada juga orang yang demen baca tulisan Goenawan.Kwak2..
Eh...maksudnya bukan demen baca tulisan Gunawan, tapi maksudnya doyan baca hal yang 'aneh'2...

Taufiq memang makhluk 'langka' buatku...: Ibarat kecebong yang hidup di gurun sahara...kwak2..

Anonim mengatakan...

spakat kang taufik....

ntar kita kasih nama UNIVERSITAS EMBUN PAGI skalian....

malik.

Anonim mengatakan...

amin.. amin... jalan masih panjang, mas Malik. masih perlu banyak ilmu..

ah mas Giy, itu romantisme tempo doeloe aja. hehe... coba waktu itu ndak hujan mas. pasti aku ndak nemu mutiara di kandang sapi bernama Giyanto. he...

tauf

Ed Khan mengatakan...

...Oooo...jebule Giyanto kumpul karo tlepong2 tho!!! gek reti aku...ditemokke neng kandang sapi...hehe....

benul gus (bener dan betul), universitas itu mesti terwujud, kalau perlu multiversitas, hyperversitas, hyper-universitas, post-universitas, atau apalah itu....

aku nanti ndaftar jadi tukang kebunya ya, awas jangan ditolak!! tak contreng ...kapok koen..!!!

Giyanto mengatakan...

Oh ya, saya baru ingat tentang Edy.Dia itu sering sliwar-sliwer di jalan sendirian sambil nyangkring tas. Setiap liat Edy di lomba karya tulis pasti disanjung dewan juri,tapi sayangnya dewan juri kurang baik hati dengan dia,karena dewan juri nampaknya tidak suka/tidak paham filsafat...

Edy Sering nerbitin majalah kampus sendirian, diskusi ilmiah (yang anggotanya cewek semua,kayaknya dia memang sengaja milih anggota cewek.kwak). Dari sudut pandang Teori Freud, Edy layak menjadi obyek penelitian...

Terus yang cukup unik dari Edy, dia tipe single fighter/alias petarung sendirian.Beda dengan Luluk, yang harus terus menerus berkompromi/dikompromi oleh berbagai kalangan seperti: Suhadi, Azil, Oky atau the geng of starcom....

Kalau diibaratkan,Luluk adalah "bintang yang sering jatuh dengan sinar redup redam..." atau "orang yang sengaja dibuang, tapi anehnya dia seperti kucing yang walaupun dibuang tetep saja dapat makan ikan pindang curian di pasar"...

Sedang Edy, seperti "Alien yang hidup di desa Sukamaju" (nama desa fiksi yang sering dicantumkan di LKS-LKS sekolahpada mata pelajaran bahasa Indonesia)...Sebuah desa yang punya keinginan untuk maju, tapi tidak tahu bagaimana mewujudkannya. Atau bener kata Azil, barangkali cara2 yang ditempuh desa tersebut jauh nian dari kenyataan di lapangan...

Dan sekarang anehnya, makhluk "aneh-aneh" itu telah 'berkumpul/dikumpulkan' oleh seorang kecebong dari gurun sahara...

Adakah yang keberatan dengan deskripsi saya?

Anonim mengatakan...

benar memang apa yang dikatakan luluk,suatu ketika saat diskusi di kontrakannya, kalo kang giy itu memang kometator yang yahuuuud. bahkan nampknya luluk belum pede kalo kang giy belum komentar.

wah mimpi yang cemerlang : EMBUN PAGI INSTITUTE

baca tilisan-tulisannya Azil, jadi inget saat diskusi,rapat,yasinan dan tahlilan, dan numpang tidur karena kemaleman pulang kos di wisma sahabati. juga saat-saat lainnya, yang memang indah untuk dikenang...

yuuhuu
salam, nyin

Ed Khan mengatakan...

..tasku saiki neng museum nda... "alien, misterius, aneh, penyendiri, single fighter..." itu yang dari semester awal kuliah smpe sekarang kudengar dari temen2 soal aku hwahaha.....

...soal diskusi ilmiah yg anggotanya cewek2 semua... ya lira-kira 90% lah, itu akupun nggak abis pikir Gik, bahkan sampai sekarang masih pada ndeketin aku hehe...padahal hatiku telah tak mantapkan satu aja...eee...sekarang yg dulu pernah di hati pada datang lagi, ya SMSlah ya telpon lah, selidik punya selidik ternyat mereka pada minta bantuan penelitian...oooo smprulll!!!

...aku khan "aktivis" yang gagal, n ndak patut dikatakan aktivis, aku ndak bersih-bersih amat, klo negosiasi sama birokrat juga pernah, itu di FIP...dengan sedikit hasil tulisan yang tak seberapa saya berhasil memikat Pak Agus Salim (alm)...dan saya negosiasi, saya ndak akan mengkritik pedas FIP asal dengan syarat saya diberi ruang gerak bebas dalam meningkatkan intelektualitas di FIP, maka jadilah acara seminar tiap bulanan itu dg saya sebagai koordinatornya, bukan dosen...hehe.... sayang sekarang ndak ada yg berani meneruskan negosiasi macam itu,

tapi ....eeeit tunggu dulu, tidak mengkritik pedas bukan berarti saya ndak mengkritik, saya membangun adik2 kelas di komunitas2 luar FIP yang ternyata juga gagal, yaitu di UKM Penelitian (tinggalane Suhadi hehe..) & Dialektika, namun semuanya gagal, ndak ada yang berani ...ndak tahu ya problemnya apa, mungkin karena saya terlalu "tinggi" heeh....(mohon maaf tuk istilah ini)...tapi ini yang sering dikeluhkan dulu.

Saya ketika ngobrol satu-satu sm mereka, cew. & cow, rata-rata pada mengeluh soal intelektualitas mereka sendiri, dari yg sederhana cara belajar, cara buat proposal, cara menulis, semuanya dah tak kasih tau caranya..tapi kok tetep ndak jalan...

saya jadi mikir dalem knapa? why? lalu saya tnya, lho kalau gitu ngapain dulu pada gabung sama saya, ...jawbannya "...ya pegnen belajar saja..". tapi saya kok GR mereka gabung itu bukan karena UKM Penelitian, ada motivasi belajar pun sedikit, mungkin yg terbesar karena ada saya di situ hehe....

..brhubung saya dari tradisi pesantren: saya jadi berpikir lagi, di pesantren itu ada yg namanya ilmu Laduni...ada salah satu ciri ilmu Laduni, seseorang itu akan gampang belajar apa saja tanpa mesti bertanya pada gurunya, abca kitab/buku langsung paham...tapi ada kalanya ia akan kesulitan mentransfer kemampuannya pada yg lain, saya kok jadi GR dapat ilmu itu ya...heheeh.....

guyon, ini sekadar sindiran bagi orang kayak saya yang sering tidak lancar mengkomunikasikan ap yg ada di batok kepala ini saja hehe....

...menta2 wis do arep kawin ndadak nostalgia barang iek....

suwun,

Giyanto mengatakan...

Masalah pendirian universitas, menurut saya istilah "ISTITUTE" keliatan plagiatnya. Dan kesannya udah 'politis' banget. Saya agaknya sepakat dengan usulan Taufiq, "Universitas Kritis Mandiri", gaul men nama itu....syahdu banget di telinga,kwak...

Saya siap untuk jadi mahasiswa pertamanya. Hidup mahasiswa! eh atau 'seumur hidup jadi mahasiswa'?

ini saya sudah pusing2 cari percetakan buat rencana format ijazahnya:

IJAZAH KESARJARNAAN
---------------------------------------------
GIYANTO
TELAH LULUS MENJADI SARJANA UNIVERSITAS KRITIS MANDIRI

LULUS TAHUN 2060 DENGAN PREDIKAT MENGECEWAKAN

TTD
REKTOR UKM (UNIVERSITAS KRITIS MANDIRI)


GIYANTO
____________________________________

LHO?

Anonim mengatakan...

yang penting jadi pns enak kok???????

luluk mengatakan...

apa itu PNS?
Penipuan diri....
orang pengecut
Pemalas
Tidak memiliki jati diri
Penjilat sistem
Robot
Buruh
Tak punya otak
pikiran terpasung
Gak pernah baca
Ah, mungkin aku salah saat ini. Mungkin masa depanku juga demikian. Mudah-mudahan aku masih seperti yang sekarang ini, bahagia dengan cukup menulis, membaca, bercinta. he he he he

Anonim mengatakan...

Aduh.. Buanyak banget komentarnya. Tp sayangnya saya ngenetnya pake hp ni. Komputer mininya lagi ndak bisa disambungkan modem. Jadi ya ndak bisa ngomentari balik panjang2. Makasih kang gi gambarnya.. Jadi inget rapat persiapan demo pembuatan gedung c7.. Inget ndak.. He..3x. Kalo tentang pendirian universitas sendiri mahal, gmn kalo marhaenisasi kampus2 yg ada... Tp aku setuju juga buat kampus sendiri.. Wah luluk kok ndak berubh2 yo giy..
Azil

Giyanto mengatakan...

Ya Zil, luluk memang belum banyak mengalami perubahan sikap tapi sedikit banyak mengalami perubahan orientasi. Dan saya juga baru tahu, kalau ternyata Luluk benci ama atau gak mau jadi PeNiS...

Ed Khan mengatakan...

PNS = Pegawai Ndak punya Semangat
PNS = Pada Ngutang Semua
PNS = Pakar Narik Sabetan
PNS = Pengene Ntuk Sangu
PNS = Pintar Nipu Sesama
PNS = Pegawai Neng Sekaran hehehe....

Anonim mengatakan...

pasti ga lolos daftar cpns ya???????
wah, ati2 ya........

Anonim mengatakan...

Benar yang dikatakan kang Azil, saya sendiri merasakan sebagai mahasiswa Unpad... Kampus skrg diisi oleh mayoritas anak2 pejabat kaya yang hedon dan apatis.. tempat parkir diisi dengan mobil2 mewah..

Hal ini diakibatkan karena kebijakan kampus yang membuka jalur2 khusus di luar SPMB yang harus membayar minimal 30jt (untuk kedokteran 175jt), kalau di ITB ada (USM) yang minimal membayar 55jt.. hal ini terjadi pada umumnya di Universitas2 lain seperti UI

Dengan diberlakukannya UU no.9/2009 tentang BHP (Badan Hukum Pendidikan), maka setiap lembaga pendidikan dari tingkatan SD-Perguruan Tinggi akan berubah status menjadi badan hukum..

Dengan perubahan status ini, maka setiap lembaga pendidikan akan menjadi wajib pajak,, juga dengan perubahan status ini, maka terdapat pemisahan antara kekayaan negara dengan lembaga tsb yang akibatnya lembaga pendidikan bisa pailit/bangkrut...

Anonim mengatakan...

pasti ga lolos daftar cpns ya???????
wah, ati2 ya........

Bror anonim...kamu yang ati-ati, saat ini PNS memang tidak memanusiakan manusia karena meraka tidak taat pada Kode Etik namun mereka takut pada atasan hanya sebuah jabatan

Said