online degree programs

Jumat, Desember 12, 2008

Tuhan, Pengingkaran Realita dan Transendensi Manusia


Chox fragileheart.
Another state of mind

Agama telah sejak lama menjadi suatu pelembagaan iman/keyakinan akan eksistensi Tuhan, suatu ajaran tentang kebaikan dan keburukan, sebuah perintah dan larangan ataupun mengajarkan tentang pengetahuan akan Tuhan sebagai pengada atau dalam istilahnya “prime cause” yang menjadi suatu titik sentral dalam alam semesta ini. Agama juga melegitimasi dirinya sebagai institusi dan perwakilan kehendak Tuhan di dunia.

Selama berabad-abad Agama melalui para pemuka atau pemimpinnya memainkan peranan yang krusial dalam membentuk karakter masyarakat dan membangun suatu peradaban umat manusia. Dan bisa dikatakan, para pemuka agama ini, seperti pendeta, ulama, dan rabbi atau apapun istilahnya, mereka mempunyai otoritas untuk menyuarakan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam ajaran-ajarannya.

Agama sering dibedakan menjadi dua macam, agama kodrati dan agama wahyu. Agama natural bertumbuh dari kodrat manusia yang rohani dan yang diciptakan .agama wahyu memperlihatkan ddengan jelas bagaiman kehidupan religius bertumbuh dan berkembang.(Bagus; 2006; hlm.12)

Secara historis, keberadaan agama tak lepas dari yang namanya Nabi, Nabi sebagai manusia pilihan Tuhan mempunyai peranan sebagai “Pencerah” bagi umat manusia dan menetapkan nilai-nilai yang menjadi kehendak Tuhan atas manusia, yang kemudian pada perkembangannya ajaran tersebut diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi oleh para pengikutnya.

Eksistensi akan Tuhan dari masa ke masa pun mengalami pergeseran, yang pada permulaannya eksistensi tentang Tuhan yang wujudnya Politheistik (berwujud banyak) yang sering disimbolisasikan dalam bentuk dewa-dewi, seperti dalam agama Yunani kuno dan Romawi atau agama-agama paganisme lainnya kemudian mengalami perubahan menjadi Tuhan yang berwujud satu atau monotheisme, seperti pada agama–agama abrahamistik (Yahudi, Islam, Kristen).

Dalam konsep hukum kausal, “prime cause” mempunyai arti penting dalam merasionalisasikan eksistensi Tuhan, Tuhan sebagai sebab yang pertama , yang menjadikan alam semesta beserta segala isinya ada,

Konsep akan Tuhan pada Agama-agama modern sering dikonstatasikan (meminjam istilah luluk yang mulai membuatku muak) sebagai sesuatu yang tak terhingga, dan berada dalam wilayah yang abstrak . Sehingga hal ini membuat Tuhan menjadi transeden. karena tak ada wujud didunia ini yang serupa dengan wujud Tuhan.

Telah sekian lama manusia menyembah Tuhan, menyerahkan seluruh hidupnya pada Tuhan, manusia percaya pada Dzat yang dinamakan Tuhan sebagai pengatur alam semesta dan kehidupannya.

Master of Puppet dan Pegingkaran realita
Tuhan dan manusia dalam kacamata agama menjadi konsep yang tidak terpisahkan, Tuhan sebagai creator dan manusia sebagai mahluk ciptaan atau hasil kreasi, manusia tidak akan eksis kecuali ada Tuhan, inilah gambaran tentang realitas dunia dari perspektif agama yang telah menjadi pondasi Pengetahuan umat manusia ketika manusia mencoba membicarakan tentang Tuhan.

Tuhan adalah pengatur, Dialah pengada, membuat dan mengatur kehidupan manusia, yang berarti manusia berada dalam ide Tuhan.dan nasib serta hidup kita telah ditentukan oleh Tuhan merujuk pada apa yang dikatakan oleh G.W.F Hegel bahwa menurut Hegel, dalam kesadaran Manusia, Allah mengungkapkan diri . kita merasa berpikir dan bertindak menurut kehendak atau selera kita, tetapi dibelakangnya ”Roh semesta” mencapai tujuannya, meskipun levelnya sendiri manusia bebas dan mandiri, tetapi melalui kemandirian itu roh semesta menyatakan diri.Hegel memakai kata “kelihaian akal budi” (die list de vernuft) .(Suseno; 1999; hlm.66-67)

Apa yang diutarakan oleh Hegel tadi bahwa bisa dikatakan kita ini bebas tapi dibalik kebebasan kita ada kekuatan Tuhan yang mengendalikan semua perilaku dan kehendak kita.dalam bahasa yang sederhana kita, bisa dianalogikan kita dengan robot yang dikendalikan dengan remote kontrole dari jarak jauh dan tanpa kita sadari kita ini adalah robot. Atau robot dengan AI (Artificial Intelligence).yang artinya kehendak bebas manusia itu tidak ada atau bisa dikatakan kehendak bebas yang semu. Karena semua yang terjadi dalam kehidupan manusia sudah ditentukan oleh yang maha kuasa.
Dengan konsekwensinya Tuhan tanpa disadari telah menjadi absolute dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari, ada sebuah adagium dalam masyarakat jawa yang berbunyi “Jodoh ,mati, dan rejeki ada ditangan Tuhan”, jadi bisa dikatakan kita didunia ini tidak melakukan apa-apa karena semua yang terjadi didunia ini adalah kehendak Tuhan

Tuhan menjadi Master of Puppet dalam sebuah pertunjukkan terbesar di alam semesta ini dan kita menjadi boneka-boneka yang terjebak dalam pertunjukan tersebut yang tidak bisa berbuat apa-apa karena scenarionya telah dibuat demikian oleh The Master Of Puppet sendiri.

Tuhan menjadi segala-galanya, karena pertunjukan terbesar alam semesta bergantung pada Tuhan sebagai sang Sutradara dan penulis naskah sekaligus merangkap Produser yang membuat manusia sebagai actor yang tidak dapat berimprovisasi karena seperti yang telah diuraikan diatas bahwa scenario telah ditentukan, dan hal tersebut bisa berubah atau tidak bergatung pada sutradaranya.jika kita menginginkan scenario yang baik untuk kita maka dalam perspektif agama kita harus mematuhi apa yang menjadi keinginan dari Tuhan.

Ketergantungan nasib manusia pada Tuhan seperti Budak yang tergantung pada majikannya, secara eksplisit manusia tidak dapat menentukan apa yang dikehendakinya terlepas dari apa yang dikehendaki oleh Tuhan.

Hal ini membuat kehidupan manusia seakan akan menjadi sangat tergantung pada Tuhan, Manusia yang bertuhan akan selalu terjebak dalam sebuah absurditas-absurditas seperti diatas, menganggap dirinya berada dalam kekuasaan Tuhan dan terperangkap dalam pernyataan tentang hakekat tentang Tuhan yang real dan bukannya eksistensi manusia dan kebebasan kehendaknya. Padahal keberadaan Tuhan sendiri belum dapat dibuktikan secara empiris.dan manusia telah terpenjara dalam konsep pemikirannya sendiri.
Tuhan Melalui Instrumentnya (agama) membuat Manusia menjadi mahluk yang tidak bertanggung jawab ketika manusia tidak mampu menghadapi realitas dan melakukan pengingkaran diri karena ketika manusia menciptakan figure Tuhan, manusia dengan sendirinya kehilangan tanggung jawab atas dirinya dengan kata lain manusia menciptakan agama sebagai pelarian. Dalam bahasanya Marx ”keterasingan pada dirinya sendiri”. pengingkaran realita ini bisa kita lihat ketika agama dan segala tetek bengeknya mengajarkan tentang Surga, dimana image tentang surga digambarkan sebagai tempat yang lebih baik dari dunia fana ini, dimana nilai-nilai yang diagung-agungkan seperti keadilan, kebenaran, kebahagiaan yang hakiki berada dan menjadi kongkrit.

Manusia menciptakan agama, senada dengan hal ini Sigmund freud (1856-19390) mengemukakan Bahwa Agama adalah Ilusi infantil dan neurosis kolektif, Freud bertolak dari fungsi agama .Agama membuat manusia percaya pada dewa-dewa .Dewa-Dewa itu berfungsi “mengatasi ancaman ancaman alam, membuat orang menerima kekejaman nasibnya dan menjanjikan ganjaran atas penderitaan dan frustasi yang dituntut dari manusia[dikutip dari casper 65] .jadi melalui Agama manusia mau melindungi diri terhadap segala macam ancaman dan penderitaan .namun perlindungan itu sebuah ilusi. (Suseno: 2006; hlm.87)

Sehingga yang menjadi kata kunci bagi kesadaran akan eksistensi manusia adalah penyangkalan terhadap Tuhan, manusia harus menjadi Atheis, menolak kehadiran Tuhan didunia.walupun dalam berbagai tipe dan bentuk agama, Tuhan digambarkan dalam sosok yang adil, baik, pemurah dll.

Mengutip apa yang telah ditulis Nietszche dalam Beyond Good And Evil (1886) ,bagian III aformis 53
”apa alasan bagi Atheisme masa kini?
Tuhan ”sang Bapa ” telah ditolak sepenuhnya ,demikian juga ’sang hakim’,dan sang pemberi ganjaran ’.juga dengan kehendak bebas-nya ;dia tidak mendengar –dan sekali pun dia mendengar,dia tetap tidak mampu menolong .bagian terburuk adalah bahwa dia tampak tidak mampu berkomunikasi dengan jelas; apakah dia tidak dapat dipahami?
Setelah mengajukan pertanyaan dan mendengar dengan cermat melalui pembicaraan, saya menemukan bahwa inilah yang menyebabkan kehancuran teisme Eropa; bagi saya tampak bahwa meskipun insting religius tampak baik , namun ia menemukan bahwa teisme tidak percaya yang begitu besar.

Transendensi manusia
Di tahun 1882 “Allah Telah mati” . dalam The Gay Science , Nietzsche membunuh Tuhan, maksud Nietzsche dengan pernyataan ini adalah bahwa masyarakat tidak lagi membutuhkan Tuhan. Keyakinan tidak serta merta melestarikan kelangsungan hidup spesies malah menghambatnya.(Jackson;2003;hlm.99)

apa yang dimaksud oleh Nietzsche dengan “Allah telah mati” bukanlah meniadakan Tuhan , tetapi memang pada kenyatannya Tuhan itu memang tidak pernah tidak ada.
Apa yang ingin diutarakan Nietzsche adalah seperti dalam bukunya Thus spoke zaratrusta(1883), dengan kemunculan”Ubermencsh” seorang Adimanusia, dan Nihilisme akan lahir,

Dengan kematian Allah, Nihilisme akan berkuasa ,menurut Nietszche selama 200 tahun ,tetapi nihilism bukan kata terakhir akan muncul “manusia” yang akan menuliskan nilai-nilai baru diatas papan baru “ sejak kepercayaan bahwa ada allah yang menguasai Nasib dunia dalam keseluruhan habis…manusia sendiri yang mencagkup seluruh dunia “[dikutip dari weischedel 455] .Nilai-Nilai itu adalah “iya kepada dunia seadanya, tanpa dipotong , kekecualian dan pilih-pilih “ karena itu, Nietszche “mengajarkan “tidak’ terhadap apa yang melemahkan ,-yang membuat capai .aku mengajarkan iya terhadap apa saja yang membuat kuat, yang menyimpan tenaga yang membenarkan perasaan kekuatan “[dikutip dari weischedel 448]Namun bukan manusia lama ,dan manusia sezaman masih manusia lama itu yang mampu keluar dari nihilism.,(Suseno; 2006; hlm81)
“Ubermensch” seorang Adimanusia , manusia yang bisa dikatakan transenden, manusia yang tidak terikat pada Norma-norma yang asal mulanya berawal dari moralitas kuno yang membelenggu pikiran manusia.

Istilah transenden dipergunakan untuk menunjukkan suatu keunggulan yang mengatasi wilayah atau tatanan tertentu, di lingkungan filsafat skolastik istilah tersebut dipergunakan untuk menunjuk pengertian-pengertian yang mengatasi kategori kategori tertentu (Setiardja; 2007; hlm.23)

“Amor fati” atau cintailah nasibmu, menjadi semboyan hidup Nietzsche, manusia dapat mencintai hidupnya, tanpa melakukan pengingkaran atas realitanya dan bangun dari mimpi-mimpi kosong tentang dualitas dunia(dunia fana dan akhirat), dan bahkan bisa mencintai arti penderitaan hidupnya, maka manusia menjadi transenden dalam artian bahwa manusia tidak menerima kodratnya begitu saja, kodrat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, dan sebaliknya manusia menciptakan dirinya sendiri, bertanggung jawab atas kehidupannya secara utuh dengan tidak menjadi ”Atlit lari” (lari dari kenyataan) dengan membuat teman khayalan (Imagenary Friend) berupa sosok Tuhan, menjadi manusia yang bebas dari belenggu kodrat, Mencintai realitas kehidupan dikala bahagia dan menderita dan bukannya dengan menipu diri, seperti yang kita biasa lakukan ketika mengalami suatu kesusahan atau tertimpa musibah, dan sering kita mendengar istilah “ambil hikmahnya saja”.

(ya...kalo diambil dompetnya ya dibisa digebuki wong sak RT……)

16 komentar:

Anonim mengatakan...

apakah benar; tuhan adalah prima cause? jika iya, mengapa? jika tidak, mengapa?

lalu, pertanyaannya; jika kita berbicara dalam konteks masyarakat kita sekarang bagaimanakah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam; apakah agama dan tuhan adalah sebab ataukah justru solusi atas krisis yang terjadi di Indonesia dan dunia pada umumnya?

artikel yang bagus, tapi maaf, ini siapa ya? he he...

salam,
Taufiq

Anonim mengatakan...

Dari caranya nulis, tebakan saya:LULUK!

Anonim mengatakan...

ada bermula dari ketiadaan,
dan ketiadaan ialah akhir dari keberadaan...
keduanya saling mengada dan meniadakan...

Anonim mengatakan...

saya sebenarnya sedikit frustasi; jutaan orang-orang berangkat haji, ribuan orang menyembelih kambing dan sapi, ribuan orang berangkat ke masjid shalat iduk adha sedang kemiskinan kian meningkat tajam, dekadensi mental, pembodohan yang disistemkan, dsb.

mengapa ini bisa terjadi? benarkah tuhan benar-benar diyakini sebagai prima cause? atau jangan-jangan; benarkah tuhan adalah prima cause?

taufiq

Anonim mengatakan...

penderitaan ada karena manusia mengada...kalau manusia tidak mengada, bagaimana bisa dia merasakan penderitaan? sekali lagi, tuhan tidak bertanggungjawab atas segala penderitaan...yang bertanggungjawab ialah pikiran yang merasa dirinya menderita...tapi kalau manusia tidak ingin menderita, anggaplah dirinya tidak ada...

Anonim mengatakan...

yups, God couldnt take a responsbility for your life and your misery...cos God doesnt exist.
but I'm exist.

Anonim mengatakan...

yups, God couldnt take a responsbility for your life and all your misery...cos God doesnt exist.
but I'm exist.



-chox fragileheart-
(Another state of mind)

Anonim mengatakan...

"God couldnt take a responsbility for your life and your misery...cos God doesnt exist.but I'm exist."

what kind of God in that proposition?
you don't believe in God's existence, but there are 2 "God" in ur statement?

he he... Nietszchean?

Anonim mengatakan...

o ya, di atas adalh comment saya, taufiq.

salam kenal buat teman yang sepertinya Nietszchean ini...

Anonim mengatakan...

Anonim:
"yups, God couldnt take a responsbility for your life and your misery...cos God doesnt exist.
but I'm exist."...

Giy:
Yes,I'm exist, and God is exist too. but we cannot blame God's existence for our misery...):

Anonim mengatakan...

Bukan itu tulisannya ucok, teman kita S2 Hukum UNDIP. Dia menulis ini dah lama pengen di posting tapi baru bisa kemarin tak posting bareng...selamat bergabung ucok...

luluk

Anonim mengatakan...

But him Nietszchean made in China, haven't copy right for to development a great thinker. Must a lot of study againt to know abaut Nihilism, Overman, and etc.
Ha ha ha

Anonim mengatakan...

Nietszche's crazy man or philosopher. He ussualy think abaut negation our ethic who had been to defence our live. For freedom, we qulities imperative categoris guite broke, and contra the Kantian Thinker.

Anonim mengatakan...

I think God h've laugh to us hehehe...

by the way, the clasical question; are God made us or we made God? in radical opinion; even God, universe, & human being are in the same position. so, if God dosen't exist, universe & human being doesn't exist too; and if human being & universe doesn't exist, God doesn't exist too. what's ur opinion about that?

as I know about Nietzsche, he said that, if God is perfect and almighty, what's remaining to human being to be done? if God is very stronger and almighty, it means compress the human being potential. so, God h've to be kill as way to liberating the human potential.

sory, I've bad english...

Anonim mengatakan...

Ya, if humant can't feel exist God also means that humant have thinker part limited. They can't to come big part who quite stronger and far. They just only think about a material areas. Its more litlle than they can be transendence mine, actually its make become overman, not like Nietszche who more praktical conception.
He always to ctritics Kant. But from Kant, we get longer mine. Now easy to show that there actually are in humant knowledge judgments which are necessary and in the stricest sense universal, and which are therefore pure a priori judgemnet. If an example from the sciences be desired, we have only to look to any of propotitions of mathematics. If we seek an example from the understanding in its guite ordinary employment, the proposition, every alternation must have a cause, will serve our purpose

Anonim mengatakan...

Mas Ucok/Mas Eko/ Si Gila. kapan turu maneh negn Kantor kegelisahan maneh, nntar diskusi pake bahasa inggris biar aku bisa seperti komentar-komentar diatas.