Oleh: Aliftah Ahadiyah
" Apa yang bisa kau lakukan atau kau impikan bisa kau lakukan, mulailah; dalam keberanian terdapat kejeniusan, kekuatan dan keajaiban." ( Van Goethe )
Saat itu, aku duduk di kelas 3 SMA. Tepatnya di kelas 3IPS2. Disana, aku membuat geng bersama dengan empat orang temanku. Salah satu diantaranya, bernama Yuli. Sekilas, dia tidak berbeda dengan yang lain. Tapi, aku begitu mengagumi sifat keoptimisan dan kesungguhan Yuli dalam memperjuangkan apa yang dia inginkan agar menjadi nyata. Ada sebuah pengalaman yang membuatku terkesan padanya.
Pada suatu hari, dia berencana untuk membuat kue tart yang akan diberikan pada sahabat masa kecilnya, Dede. Kemudian, ia menanyakan padaku, apakah dia bisa main ke rumahku untuk membuat kue. Yuli memang pernah membuat kue di rumahku.Karena, ibuku memang memiliki alat-alat yang dibutuhkan untuk membuat kue. Dari mulai mixer, oven, loyang dan sebagainya.
Ketika aku menanyakan kue apa yang akan dib uatnya, dia dengan mantap menjawab, "Black forest." Hah?Aku mengerutkan kening. Aku saja, yang sudah biasa buat kue, belum berani bikin black forest. Black forest termasuk kue tart yang istimewa karena untuk membuatnya harus sudah ahli, termasuk kue yang rumit dibuat, pikirku. Selain itu, biaya yang dikeluarkan cukup besar karena bahan yang dibutuhkan bermacam-macam. Apakah tidak buang waktu ketika kita membuatnya dan ini sebagai eksperimen.Okelah, kalau berhasil, seandainya gagal, bagaimana. Karena, baik aku maupun Yuli belum pernah membuat black forest sebelumnya.
Sekilas tentang black forest, adalah sejenis kue tart dengan rasa coklat. Satu adonan black forest biasanya dibagi menjadi tiga bagian. Kemudian, setelah matang, ketiganya ditumpuk dengan bantuan krim untuk merekatkan satu sama lain. Setelah ditumpuk, kemudian bagian luar atas dan samping-sampingnya dioles krim dan terakhir kita tempelkan potongan-potongan coklat batang di semua sisi. Untuk mempermanis, dapat ditambahkan buah cherry di bagian atas kue.
Aku memang terkejut dengan perkataannya. Aku sempat mengajukan pilihan padanya. Bikin kue tart biasa atau beli black forest di toko kue. Ketika itu, ia begitu tersinggung. dan ia mengatakan bahwa ia akan membuatnya sendiri dan ia yakin akan berhasil. Ia juga memberikan sebuah argumen yang cukup masuk akal.
" Lip, kita kan beli tepung khusus black forest dan itu sudah dalam kemasan. Jadi, pasti ada cara membuatnya. Kita tinggal ikuti saja petunjuknya, kan?'
Aku mengangguk. Tak perlu berdebat dengan seorang keras kepala seperti Yuli. Apa yang kita katakan pasti mentah.
Sepulang sekolah, aku dan Yuli menyerbu toko yang mnyediakan segala macam-alat dan bahan-untuk membuat kue. Kami membeli tepung black forest dalam kemasan. Dan aku memang melihat petunjuk pembuatan yang dicetak di belakang kemasan. Selain itu, kami juga mambeli bahan-bahan lain seperti margarin, butter, coklat batang dan buah cherry. Juga tak lupa mentega putih, gula cair dan sekaleng susu kental manis putih sebagai bahan pembuat krim. Tak ketinggalan juga, sebuah kardus dan tatakan kue dangan ukuran 25cm.
Aku melihat senyum sumringah di wajah Yuli. Ia seakan tak sabar untuk mencampurkan bahan-bahan tersebut. Aku mengikutinya meskipun ada perasaan was-was dalam hatiku; takut gagal.Ini pengalaman pertama. Bagaimana kalau bantat, gosong?Apakah ini akan sia-sia saja?Huh, pikiran negatif berkecamuk. Tapi, aku tetap berusaha untuk mengalir bersama semangat Yuli.
" Lip, kita butuh satu bahan lagi; telur." Ucapnya dengan ceria. " Kita butuh sepuluh butir telur." Ia menambahkan.
Aku setengah tidak percaya. Banyak bener, batinku. Wah, pengetahuanku tentang per-kue-an harus ditingkatkan agar tidak gapkue-gagap kue-.Selama ini pengalamanku hanya membuat kue yang cuma membutuhkan 5-7 telur per adonannya.
" Tar, kita beli dideket rumahmu aja,ya."
Aku tersenyum sambil mengiyakan.
Tiba dirumahku, kami segera menyiapkan alat dan bahannnya. Aku tidak ingat begitu detail bagaimana kami membuat black forest. Yang aku ingat, kami membuatnya berdasar petunjuk. Kami mengikuti langkah demi langkah dengan teliti karena kami sadar, ini pengalaman pertama kami. Jadi, bila tidak mengiikuti petunjuk maka bisa gagal. Tentunya petunjuk yang akurat. Yang membuat terasa lebih menyenangkan adalah kami membuatnya disertai canda, tawa atau bahkan dengan mengobrol apa saja. Semuanya mengalir. Aku bahkan sudah lupa akan pikiran-pikiran negatifku. Semua terasa menyenangkan.
Setelah tiga jam, black forest pun jadi. Benar-benar nyata. Tidak bantat ataupun gosong-lumrahnya pengalaman seseorang mencoba resep kue baru-. Tiga buah kue coklat yang ditumpuk menjadi satu dengan bantuan krim untuk merekatkan satu sama lain. Telah dioles kim dan taburan coklat menghiasi semua sisi kue. Diatasnya ditambahkan cherry merah menyala. Kami memandangnya dengan puas. Kulihat Yuli begitu bahagia. Ia merasa, ini adalah hadiah teristimewa untuk Dede dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Saat itu pula, aku begitu beruntung memiliki sahabat seperti Yuli. Ia tidak hanya mengajarkan bagaimana untuk berani mencoba membuat black forest, tapi lebih dari itu, ia mengajarkanku agar aku tidak takut untuk mencoba sesuatu yang baru, menghadapi setiap tantangan dan tentunya belajar apapun dalam kehidupan.
Untuk Yuli, Sang Calon Ibu...
Sabtu, November 01, 2008
SAHABATKU DAN BLACK FOREST
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
itulah gunanya sahabat.....
bermanfaat bwat sahabatnya.....
dan berbahagialah sahabat yang bisa bermanfaat bagi sahabatnya...
karena semulia-mulianya manusia adlah yang paling bermanfaat bagi sesamanya
(mba Alif....boleh minta emailnya)
ini email saya
ninasugiyanti@yahoo.co.id
Posting Komentar