Sampai sekarang diskusi mengenai kenaikan harga BBM semakin seru. Kwi Kian Gie dan Rizal Ramli laris diundang Televisi untuk berbicara. Saya tidak mengerti, apakah niat mereka sebenarnya politis atau memang benar-benar ingin memberi kebanaran informasi dengan argumentasi ilmiah kepada masyarakat. Yang tahu mengenai motif ialah mereka sendiri.
Memang agak aneh, bila harga minyak yang awalnya rata-rata $ 50 /barel bisa melonjak tajam hingga level lebih dari $130/barel. Dan apabila penyebab awalnya ialah inflasi, kelihatannya tidak sampai setinggi ini.
Saya tidak akan menggunakan teori konspirasi yang sering dipakai teman-teman di embun pagi. Sehingga menjadi sasaran tembak ialah isme-isme yang tidak jelas siapa pemainnya, yang akibatnya menjenarilisir permasalahan.
Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan harga suatu barang bisa naik. Pertama karena permintaan naik, kedua karena stok barang terbatas dan yang terakhir karena nilai tukar uang yang turun/inflasi. Dari faktor terakhir bisa jadi berpengaruh, tapi untuk harga minyak yang kenaikan bisa mencapai 300 % kelihatannya lebih dominan ialah dari faktor permintaan dibanding faktor inflasi dunia yang sekitar 18 % itu.
Mengapa bisa demikian. Apakah apabila faktor permintaan naik berarti disebabkan oleh kenaikan konsumsi? Jawabnya, belum tentu!.
Sebelum mencapai konsumen, sebuah barang biasanya melewati pedagang. Kalau komoditas penting seperti minyak, di tingkat pasar internasional, peran spekulan sangat berpengaruh.
Beberapa ahli masih kebingungan terhadap perilaku minyak yang aneh sekarang ini. Ada yang menduga sebagai akibat kenaikan musiman, naiknya permintaan dari Cina dan India, dan ada juga yang menduga karena menurunnya tingkat produksi dari negara-negara penghasil minyak. Analisa di atas barangkali bisa jadi benar. Tapi menurut saya pengaruhnya tidak mungkin sampai 3X lipat seperti saat ini.
Karena saya termasuk yang berpandangan fundamentalis pasar. Dugaan awal kenaikan ini dipengaruhi oleh kebijakan inflasif dari The Fed. Kalaupun itu benar, dan saya yakin memang sangat berpengaruh, prosentasinya tidak mungkin sedasyat sekarang.
Spekulan Bermain dengan Waktu
Menurut informasi terbaru, perilaku spekulan di pasar berjangka-lah pemicunya. Dan parahnya ini dipicu oleh kebijakan The Fed. Karena spekulan bukan orang bodoh, mereka tidak mungkin menyimpan aset investasinya dalam bentuk dolar. Maka mereka bermain di pasar berjangka.
Di saat kondisi bisnis ekonomi yang lesu seperti sekarang ini. Banyak orang, termasuk spekulan, sangat menghindari menyimpan aset dalam bentuk uang fiat. Ada dua alternatif, bermain emas atau bermain minyak!
Seperti yang sudah diketahui orang awam, bahwa masa depan tidak pasti. Apa yang akan terjadi bila ternyata kenaikan harga minyak disebabkan oleh faktor spekulasi. Jawabnya ialah: kenaikan harga yang sekarang terjadi tidak mungkin konstan.
Jadi ada kemungkinan harga minyak akan terjun bebas.
Dengan demikian, kebijakan menaikkan harga minyak saat ini bisa dikatakan blunder bagi pemerintahan SBY sendiri dan mencederai rakyat yang memang sudah dibuat panik.
BLT: Obat Bius Mematikan
Untuk menina bobokkan agar tidak terjadi gejolak sosial, pemerintah menerapkan kebijakan pemberian BLT. Sehingga bisa ditebak bahwa kebijakan tersebut benar-benar politis dan tidak sungguh-sungguh berusaha untuk mensejahterkan rakyat.
Seperti ketololan yang telah menjadi ciri khas kebijakan penguasa di Indonesia. Pemerintah mendukung orang untuk berkonsumsi dan menghambat orang yang produktif. Bila dicontohkan sangat banyak. Pajak lebih banyak dikenakan bagi dunia usaha, dan subsidi dikenakan untuk kebutuhan konsumsi. Bukankah ini logika terbalik?
BLT tidak jauh beda dengan program Raskin. Sama-sama tololnya. Dan yang paling membuat saya pribadi paling jengkel. Pemerintah ikut-ikutan menjual beras dengan sangat murah. Lha, jelas berasnya laris! Wong dia tidak harus mencari modal sendiri, karena tinggal menarik pajak kemudian ditukar dengan beras lalu dijual ke pasar dengan harga murah. Bayangkan bila anda menjadi petani yang mau menjual berasnya ke pasar? Harga menjadi hancur!
Logika BLT sama saja. Uang memang diberikan, tapi irigasi pertanian dan jalan-jalan antar desa belum juga dibangun dengan layak. Yang notabene pembangunan itu akan sangat membantu menggerakan sektor riil di masyarakat. Yang akhirnya akan membuat rakyat sejahtera melalui kemandirian ekonomi mereka sendiri.
Walaupun logis, logika di atas barangkali Cuma mimpi. Coba anda lihat sistem irigasi di negeri kita yang katanya agraris? Sangat hancur!. Saya sejak SMA sudah sering memasang mesin pompa air sendiri dari sungai, karena sistem irigasi dari pemerintah tidak jalan. Akibatnya, dalam hal irigasi, petani berjalan sendiri-sendiri. Dan saya sering terlambat masuk sekolah, karena pagi-pagi harus memasang mesin pompa di sawah.
Kalau diingat-ingat, beberapa hal aneh di masa lalu ternyata disebabkan karena kita dipimpin oleh orang-orang yang memiliki gelar akademis tapi otaknya kosong.
Dengan demikian, BLT tidak lebih hanya uang suap bagi rakyat yang sedang kelaparan. Jadi nilai guna sosialnya: NOL BESAR!!!
Prediksi
Kembali ke permasalahan harga minyak. Karena spekulan bukan malaikat yang tahu kondisi masa depan, mereka tidak akan terus-terusan membeli minyak. Jadi ada dua pilihan, tetap memegang minyak dengan resiko terkoreksi, atau beralih ke aset emas. Pilihan pertama jelas sangat beresiko...
Giyanto
1 komentar:
Curhat...
Di masa krisis seperti ini,
seandainya saya menjadi spekulan pasti saya sudah kaya.
Masalahnya, saya harus skripsi dulu,ha2....
Wah susah, peluang lewat...
Semoga teman-teman embun pagi bangun dari tidurnya...
Dunia cerah bagi orong yang berilmu, dan bencana bagi yang mau nurut sama pemerintah....
salam
Giy
Posting Komentar