online degree programs

Minggu, Juli 05, 2009

Suaramu adalah Nasib Baikku



Cinta tidak akan tumbuh dengan sendirinya jika kita tidak membuatnya melalui pancaran indra yang kita punyai. Begitu juga dengan perjalanan semua orang yang hidup di alam dunia yang fana ini. Jika hati seseorang tidak bersih maka dipastikan dunia ini bagai neraka karena banyaknya coba’an dan rintangan, tetapi jika seseorang tersebut menjalani kehidupan dengan meresapi dan menikmati apa arti kehidupan, maka sungguh terasa damai.

Ketika mahluk tuhan berupa manusia hidup dengan berlandaskan kepentingan pribadi maka tidak akan terjadi kehidupan yang tentram dan saling mencintai, karena semua mahluk yang berada disekelilingnya akan dianggap musuh yang bisa menjadi duri dalam pencapain cita-citanya. Hidup yang seperti itu adalah sia-sia belaka, seperti yang telah diungkapkan oleh Bentham” bahwa alam telah menempatkan manusia di bawah kekuasaan dan kesia-siaan.”

Kebanyakan orang hanya memikirkan diri dan keluarganya dari pada mementingkan kepentingan masyarakat, jadi belum ada pergeseran paradigma tentang hidup adalah untuk kepentingan umum. Hal seperti itulah yang menimbulkan ketidak harmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Dan terjadilah penggolongan dalam masyarakat antara kaum proletar dan Borjuis

Padahal dalam ajaran Islam setahu penulis tidak boleh ada penggolongan, karena sesama muslim adalah bersaudara. Jadi setiap manusia diwajibkan untuk saling membantu sesama manusia, kehidupan yang seperti itu juga diamini oleh filosuf yunani Aristoleses yang mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia adalah zoon politcon(mahluk sosial).

Perlu dicermati pula jika setiap orang masih menggunakan prinsip kehidupan sebagai kesenangan pribadi maka yang terjadi adalah kerusakan. Bisa kita contohkan jika seorang pejabat legeslatif demi meraih kebahagiaan dirinya saja maka dia akan membuat kebijakan yang tidak memihak kepada masyarakatnya. dan munculla para koruptor-koruptor baru, baik korupsi yang dilakukan karena kebutuhan(coruption by need) atau korupsi karena keserakahan(coruption by Greet).

Sungguh pemandangan yang menjijikan, oleh karena itu untuk bisa merubahnya maka kita bisa mulai dari diri kita sendiri. Dengan cara memanfaatkan momen pesta demokrasi yang sebentar lagi akan kita rayakan bersama(9 April 2009-pemilihan legeslatif-).

Dalam pemilihan umum kita bisa merubah anggota dewan dengan memilih salah satu wakil yang kita anggap sehat jasmani maupun rohani sehingga mereka bisa bekerja secara maksimal untuk kepentingan rakyat. Dan jika anggota dewan dihuni oleh orang-orang yang berhati bersih maka akan tercipta kebijakan-kebjakan yang baik pula. Karena disana akan tumbuh budaya yang lebih mementingkan kebahagian umat dari pada diri sendiri. Jika semua itu terlaksana maka akan berimbas pada kemajuan negara, karena menurut Friedman syarat untuk menjadi good governant adalah perbaikan budaya (legal culture), struktur ( legal struture) dan isi kebijakan(legal subtantie). Dan dari tiga kategori tersebut yang diutamakan adalah perubahan dalam budaya dulu, jika budaya yang tertanam dalam jiwa para birokrat adalah jiwa yang penuh cinta dan kasih sayang, maka akan berimbas pada setruktur kelembagaan negara. Kumudian bisa berimabas pada suatau kebijakan yang baik yaitu untuk kesejahteraan masyarakatnya.

Maka dari itu perlu direnungi, demokrasi di negara Indonesia tercinta ini memposisikan sura dari pemilih sangat penting untuk perubahan nasib semua warga Indonesia. Bagi kaum yang apatis terhadap pemilu dan bersikap masa ”bodoh” dengan pemilu(Golput),Dengan tidak menghilangkan rasa hormat saya bahwa prinsip golpu akan menjadikan ganjalan bagi calon wakil rakyat yang baik -menurut masyarakat- tidak bisa melaju mulus karena tidak ada yang memilih.

Dan aliran golput sangat bertentangan dengan prinsip hidup bermasyarakat, kerena lebih mementingkan diri pribadi dari pada kepentingan masyarakat. Selain bertentangan dengan prinsip hidup bermasyarakat, juga melecehkan sistem demokrasi yang telah kita sepakati bersama, karena esensi demokrasi itu terletak pada banyaknya partisipasi masyarakat dalam hal keikutsertaan untuk mensukseskan pemilu. Indikasi belum idealnya demokrasi di Indonesia ditandai dengan banyaknya angka golput.

Sangat disesalkan jika kita golput, karena proses demokrasi telah menelan biaya mahal. Pilkada jatim saja menelan 700 miliar lebih, apalagi demokrasi yang akan kita lalui ini -bertarap nasional- tentunya akan menelan biaya lebih dari satu 700 miliar. Maka sungguh sia-sia jika kita tidak ikut serta dalam menikmati demokrasi ini.

Oleh karena itu Saya ucapkan selamat bagi yang sudah bisa mengunakan hak pilih, karena secara langsung ikut serta dalam mensejahterakan dan membangun bangsa ini. Suaramu adalah nasib baikku.

Muhtar Said

Aktivis PMII Unnes yang terpentalkan oleh sistem

Tidak ada komentar: