online degree programs

Sabtu, Mei 02, 2009

Musim “Kawin Kontrak” Para Elite Politik


Sebenarnya sebelum menulis ini, saya meresa ragu-ragu dan malu untuk mencoba merangkai kata demi kata dan menyajikan kedalam sebuah tulisan, karena ujung-ujungya hanya menulis tentang politik dan mengumbar tentang kebobrokan para elite politik, kayaknya bosen yah baca tulisan yang model ginian. Ketika hendak memposting tilisan ini pun ternyata di media dan surat kabar diberitakan adanya penandatanganan kesepakatan beberapa partai politik untuk membentuk sebuah kolaisi Besar yang mereka namakan “Koalisi Parlemen”, yah..terpaksa ada sebagian tulisan yang harus saya revisi, lho kok kayak Skripsi ya? memang dalam politik semuanya bisa berubah dalam hitungan detik, saya maklumi hal itu.
Ketakutan dan kegelisahan ini justru muncul setelah pemilu legislatif selesai, dan al-hasil sudah tampak jelas bahwa muncul para elite politik yang mempunyai ambisi untuk memperebutkan kunci pintu istana Kepresidenan. Hampir diberbagai media masa dapat kita lihat para elite politik melakukan serangkaian aktifitas yang mereka klaim adalah suatu bentuk kegiatan silaturohmi saja. Kayaknya serangkaian aktifitas yang mereka lakukan bukan semata-mata murni untuk melakukan silaturohmi, serangkaian kegiatan yang dilakukan juga dibumbui dengan nuansa politik, mungkinkah para elite politik sedang melakukan maneuver politik? Yah….bisa jadi ada sebuah rencana besar yang akan mereka lakukan, tentunya adalah adanya sebuah koalisi antar Partai Politik, akan tetapi tidak pantas kita mendeskripsikan bahwa koalisi yang akan dilakukan murni karena ruh dan ideology parpol, rasa-rasanya ini merupakan keinginan para elite saja.
Ada berbagai kubu yang memperebutkan singgahsana kepresidenan, sebut saja kubu “S”, kubu sedangkan “M” dan “JK” beserta 2 mantan Jendral semasa Orde baru juga telah bergabung membentuk sebuah koalisi Kolaisi Besar yang mereka namakan “Koalisi Parlemen” juga sudah nampak mulai ngeluarkan taringnya untuk menandingi kekuatan Kubu “S”, setidaknya kubu “S” harus benar-benar memutar otak dan menyiapakan kuda-kuda untuk menadingi kekuatan koalisi parlemen, karena apabila digabungkan perolehan suara pada pemilu legislatif lalu, partai-partai yang tergabung dalam koalisi tersebuat lebih dari 50%, mungkin ini tantangan bagi kubu “S”. Dan semuanya memiliki sebuah ambisi dan optimisme yang besar, ya…mungkin tidak dipungkiri lagi kendaraan politik yang mereka tunggangi juga memungkinkan untuk berkompetesi diputaran pemilu berikutnya.
Koalisi merupakan sebuah option
Untuk memuluskan langkah-langkah dalam proses perebutan kekuasaan para elite politik, tak ayal langkah koalisi pun menjadi suatu option yang sangat menjanjikan, dari ke tiga kubu tersebut. Kelihatannya masih memerlukan dukungan dari partai politik lain yang diharapkan mampu memback-up penggalangan suara berikutnya, meskipun pada pemilu putaran pertama dalam perhitungan sementara dari kubu “S” dengan partai Demokrat yang menjadi motor politiknya mampu memperoleh suara sebesar 20, 582%, kubu “M” dengan perolehan suara dari PDI sebesar 14, 026%, dan kubu “JK” dengan Golkarnya yang berhasil menghimpun suara sebesar 14, 621%, nampaknya masing-masing kubu belum memiliki kepercayaan diri untuk bertarung singgle fighter diputaran pilpres, maka dengan koalisi mungkin dapat menjadi sebuah stimulan untuk membangkitkan rasa percaya diri dari elite-elite politik tersebut.
Kawin Kontrak, apa Koalisi???
Dalam sub title diatas saya sengaja memberikan hadiah tiga buah “tanda Tanya” kepada tiga kubu yang sedang membentuk peta koalisi. Dewasa ini koalisi yang mampu kita terjemahkan adalah koalisi yang hanya bersifat pseudo koalisi atau hanya koalisi semu saja. Entah keniatan koalisi mereka kabenar-benar keniatan untuk berkoalisi karena kesamaan ideology, platform politik atau hanya kolisi yang didasari karena sahwat untuk berkuasa. Karena sudah nampak jelas bahwa koalisi yang telah mereka galang layaknya sebuah kawin kontrak yang tidak didasari oleh rasa sayang dan rasa cinta tentunya, tapi karena ingin tersalurkannya libido untuk berkuasa.
Dari segi ideology juga partai-partai yang akan berkoalisi sudah jelas perbedaannya, para elite politik sangat piyawai dalam mengemas praktek kontrak koalisi yang mengatasnamakan demi kepentingan Bangsa dan Masyarakat. Akan tetapi yang menjadi ketakutan manakala janji untuk Bangsa dan Masyarakat terabaikan. Bukan hanya itu saja yang benar-benar menjadi momok paling menakutkan adalah manakala terjadi praktek “prostitusi politik” yang dapat dideskripsikan dengan suatu koalisi yang dilakukan karena sama-sama ingin mencapai puncak kenikmatan dan kehendak untuk tarnsaksi kekuasaan ketimbang mementingkan program dan rencana politik yang mereka gembar-gemborkan.
Yah…, mudah-mudahan saja kawin kontrak koalisi para elite politik tersebut benar-benar didasari oleh kesamaan ideology, kesamaan platform politik juga yang sangat penting adalah apa bila kawin kaolisi tersebut benar-benar didasari oleh rasa cinta. Duhh…alangkah indahnya manakala para elite politik benar-benar menyadari makna koalisi yang sebenarnya, kita setidaknya menjadi saksi dari perkawinan koalisi yang banyak di ekspose di berbagai media dan ruang public akhir-akhir ini. Mudah-mudahan janji perkawinan politik mereka dapat memberi angin segar bagi perubahan bangsa. Mudah-mudahan juga di musim kawin koalosi ini para politisi benar-benar sadar akan nasib dan harapan masyarakat.


Oleh : Andi Tri Haryono

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Untk andi trihartono, belum tentu kualisi tu mengambarkan banyaknya sebuah dukungan.
karena di indonesia yang simpatik kepada partai hanya sedikit. jadi para elit politk hanya mengklaim saja..

Khoirudin. PERMAHI DPC semarang

Andi Tri Haryono mengatakan...

saya harap juga begitu koalisi bukan hanya sekedar ajang untuk perebutan kekuasaan dan tarnsaksi kepemimpinan, saya punya harapan besar bahwa koalisi koalisi yang dilakukan benar-benar terjalin karena kesamaan ideologi, platform dari partai politik, bukan hanya karena ambisi para elite saja, tapi saya juga tidak tahu apakah koalisi yang secara esensial menjadi sebuah keniscayaan.

Anonim mengatakan...

biarkan saja mereka mengumbar sahwat(politik)nya...
kita tunggu saja...
pasti pada akhirnya spilis dan raja singalah yg akan membuat mereka bertobat....

Anonim mengatakan...

Politisi sampah, sedikitpun tidak boleh dipercayai.

ki demang revolusi mengatakan...

Mas taufiq....mbok ditampilin widged komen terkini...biar tau dan rame diskusinya...OK