online degree programs

Jumat, Januari 25, 2008

"Hijrah" dan "Dian" dan Jakarta


Hari-hari ini (awal januari) kita sebagai muslim memeringati tahun baru Islam, yakni tahun baru hijriyah. Tahun baru itu tak dimulai dari fathul makkah sebagai simbol kemenangan, tapi dimulai dari hijrah nabi ke Yatsrib, sebagai simbol perubahan ke arah yang lebih baik, perpindahan "min al-dhulumat ila al-nuur", dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, semoga!


Dan entah saya ternyata baru sadar ketika tadi saya mengikuti sholat Jumat di masjid al-rahmah Rawajati barat, pancoran, Jakarta, yang menyinggung soal itu...ya Allah, saya hari ini telah "hijrah" walau mungkin baru sebatas dan sekadar dalam ruang dan waktu ke Jakarta.Sobat semuanya, Bapak Agus Wahyudin, Pak Ali Formen, Mas Hariez Psy FIP, Kang Yoghas FBS, Kang Azil yang sudah lulus sama2 saya kemarin, dan semuanya, saya "hijrah" -yang masih saya tempatkan di antara dua tanda petik untuk tetap mempertanyakan "hijrah" saya ke jakarta ini betul-betul Hijrah (dengan "H" besar) atau sekadar "hijrah" (itu pun dengan "h" kecil.


Tak tahulah saya, tapi hati nurani tetap berupaya meniatkan hidup saya bukanlah sekadar untuk saya, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama, kata al-hadits. Maka, apapun yang saya lakukan mesti untuk itu, dan tentu mengharap kerelaan Dzat yang menciptakan aku dan kehidupan ini....Bukannya apa-apa, apalagi biar dikatakan sok, atau apalah...tapi biar ketika ada beberapa teman di milis ini yang ingin diskusi via tatap muka, ya mesti tak kecewa karena sudah saya kasih tahu dulu saya di Jakarta gitu.


Saya di sini, sebenarnya sama-sama Mas Taufiqurrahman (mantan ketua BEM FBS) juga ke jakarta, tapi tempatnya berbeda, dia di Ciledug kayaknya. Klo mas taufiq begitu menggebu pengen ke jakarta setelah baca novel Andrea Hirata, Laskar pelangi, sang pemimpi, dan Edensor.... Dan setelah baca itu lalu SMS saya, "Mas swear, saya serius mau ke jakarta!!!" (tanda serunya sampai tiga loh...). Dan saya pun mengiyakan adik saya itu dengan penuh harapan kesuksesan tentunya...


Beberapa hari sebelum acara pelepasan dengan "perjamuan terakhir" di kost saya sma temen-temen aktivis dan mantn aktivis Unnes, saya sempetkan sama temen-temen mengenang Semarang, keliling Simpang lima, di kucingan, cari wedang ronde, dan saling mengejek....ada yang ngomong, "neng jakarta arep adol kacang po...."... ya itulah guyonan khas "kawan bergelut", Giyanto, mahasiswa Geografi semester tua, yang enjoy jadi Entrepreneurship sekarang.


Saya katakan, "Lha yang udah baca edensor aja kok pesimis, lha saya yang belum baca aja optomis,,,piye tho??". Pertemuan terakhir dengan Cak Nun di gambang syafa'at di baiturrahman, kebetulan di situ ketemu Pak Saratri FIK, Pak Edi PSy FIP, dan Pak Ilyas PLS FIP, serasa menjadi nasehat yang menyentuh kalbu ini...Cak semoga kita ketemu lagi di Kenduri Cinta, jakarta ya. Di "perjamuan terakhir" di kost saya, betul-betul berharap intelektualisme mahasiswa di tangan para aktivis Unnes dapat kian berkembang, dan saya yang bersama teman-teman lain mulai merintis di luar garis demarkasi intelektual yang "direstui" walau di tempat jauh ini tetap akan berupaya membantu semampu saya.


Ya, Unnes dengan seribu kenangan, pahit manis, baik buruk, semuanya sangat berharga buat perjalanan hidup saya pribadi. Dan akhirnya, "jalan sunyi" itu mesti saya tempuh juga akhirnya, ya jalan intelektual, berani "melepaskan" yang sebagian orang saya dianggap di Semarang sudah mapan dengan banyak Jaringan(???).


Tapi sebenarnya saya tidak melepaskan Semarang, Semarang tetap di hati kok he... Mencoba belajar dari orang-orang besar di negeri ini, semoga saya mendapatkan manfaat dan berkah ilmuanya, dan semoga keberadaan kehidupan saya dan diri saya bermanfaat untuk semuanya kelak...OK!


Saya sempat menimang-nimang Djogja atau jakarta, tuk pengembangan intelektual lebih lanjut saya...rasanya Semarang terlalu -maaf- "kering", dan klo dipaksakan di Semarang, dan saya ingin mendapatkan lebih maka saya mesti betul-betul kerja keras, keras sekali... Sedikit komunitas intelektual yang dapat memuaskan dahaga ini. Di Djogja memang penerbitanny lebih produktif daripada Jakarta, tapi Jakarta lebih dinamis pergolakan pemikirannya, itu nasehat Pak Isma'il Fachri, M.Ag ketika saya ke rumah beliau kemarin....ya...dan saya percaya betul taqdir Allah menuntun saya ke jakarta.


Karena pada pagi setelah sembahyang Idul Qurban, saya dapat SMS dari salah satu tokoh yang beberapa kali sering saya kutip pernyataan beliau dalam artikel saya, bahwa beliau membutuhkan asisten pribadi...ya, jalan kehidupan itu memang tak dapat di sangka.Saya percaya di sini (Jakarta) Allah telah memersiapkan skenario kehidupan yang luar biasa bagi saya, dan semoga segenap hati, pikiran,dan tingkah saya tetap berada pada jalan yang diridloi oleh Allah semata. Saya datang di Jakarta disambut hujan, dingin sekali, tapat jam 04.00 malam di Senen, sendirian, tanpa teman....kesan pertama (walau pernah beberapa kali ke jakarta sebelumnya) adalah "Kota yang hilang....dan iya..iya..iya...".


Don't worry, saya tetap akan jadi pengikut setia milis Unnes, blog embun pagi, dan semuanya, apa sih yang tidak buat Unnes? Kapanpun membutuhkan bantuan saya (bukannya sok bisa dan sok dibutuhkan ne...) insya Allah kalau saya mampu, saya akan bantu. Unnes adalah alamamater saya kan...Tuk Pak Ali, agenda yang dulu pernah jenengan omongkan soal penerbitan dan lainnya tidak berarti terputus tanpa saya di Semarang kan?


Saya tetap bisa ulang-alik Jakarta-Semarang (dn Djogja klo perlu)....saya masih memimpikan itu Pak. Dan sepertinya saya pun takkan menetap di jakarta, banjir pak, polusinya itu loh..... Oh, iya kemarin saya sempat buat kisi-kisi jurnal ilmiah populer (selain jurnal Edukasi FIP Unnes), saya diminti tolong Pak Amin tuk konsep jurnal pendidikan ilmiah populer, bukan yang ilmiah akademik orientsi akreditasi itu loh.. yang saya buat kisi-kisinya akan profit, dan "profesional" kayaknya. Semoga ya, Bapak ditunggu di keredaksiannya....


Edi Subkhan, penulis di Jakarta.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

aslm. bang edi apa kbr di jakarta jie' kedinginan n kehujanan bang. Moga2 apik2 wae. sori bang bukan berarti inyong pengin nggawe bang edi kebingungen n puyeng coz inyong nggango bahasa planet "Tegal". tapi, cuma pengin nunjukena(ora pamer loh bang) ben wong ngapak ra' sah minder karo bahasane n lagian juga jarene induk bahasa ne wong jawa ( sanksekerta) yo dialeke ki nganggone "a" kabeh. bukan "o" kaya bahasa jawa wetanan sing umume.
bang ed, inyong pengin takon hubungane dian sastra karo njenengan hijrah ki opo yo. apa bang edi pindah nang jakarta pengin ketemu karo dian sastro sekaligus kenalan karo uwonge, he he he he....
tapi yen njenengan memang bener2 ngebet pengin ketemu dian sastra, inyong njaluk tulung bisa ora bang ed. tolong jalukna potone dian sastra karo alamat umah plus nomor HPne yo bang. ben aq ra sah ndadak hijrah ke jakarta. n cukup aq standby nag tegal bae. Ok ya bang Ed tak tunggu loh.
salam go topik and khususnya kanggo Dian sastro.
waslm.
Mamento_Naryna@kemudian.com